Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Terpenjara Seumur Hidup

11 Januari 2024   19:52 Diperbarui: 11 Januari 2024   20:28 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wajahnya manis matanya sayu.

Namun selalu memalingkan wajah bila aku ingin menatapnya.

Bahkan saat kumenyapanya dengan lembut.

Sejenak terlihat raut kesedihan dari pandangan matanya yang kosong.

Sedih tanpa teman bercanda seperti di alam bebas.

Ia hanya menunduk saat berjalan mondar-mandir di balik batas jeruji yang mengurung seumur hidupnya.

Dipandangnya hijaunya pepohonan tempat ia seharusnya bermain dan hidup bersama teman dan kerabat.

Namun semua hanya fatamorgana yang membuat dirinya kesepian.

Sedih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun