Wajahnya manis matanya sayu.
Namun selalu memalingkan wajah bila aku ingin menatapnya.
Bahkan saat kumenyapanya dengan lembut.
Sejenak terlihat raut kesedihan dari pandangan matanya yang kosong.
Sedih tanpa teman bercanda seperti di alam bebas.
Ia hanya menunduk saat berjalan mondar-mandir di balik batas jeruji yang mengurung seumur hidupnya.
Dipandangnya hijaunya pepohonan tempat ia seharusnya bermain dan hidup bersama teman dan kerabat.
Namun semua hanya fatamorgana yang membuat dirinya kesepian.
Sedih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!