Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rumah Berpagar Tinggi

18 September 2023   11:50 Diperbarui: 18 September 2023   13:51 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Klaster kecil di sekitar Bangunjiwo, Bantul. | Dokumen pribadi.

Salah satu ciri khusus rumah di desa adalah halamannya luas dengan pepohonan buah-buahan sebagai perindang dan tidak berpagar.
Jika berpagar lebih banyak dengan tanaman perdu seperti bunga wora-wari atau bunga sepatu dan beluntas.
Satu-dua rumah ada yang berpagar tembok namun tingginya sekitar 50-60 cm tanpa pintu.

Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.

Klaster kecil di sekitar Bangunjiwo, Bantul. | Dokumen pribadi.
Klaster kecil di sekitar Bangunjiwo, Bantul. | Dokumen pribadi.

Ini menunjukkan bahwa masyarakat perdesaan terbuka pada siapapun. Tidak mudah curiga jika ada orang yang belum dikenal memasuki halamannya. Dan tidak kuatir pula akan kehilangan yang dimilikinya. Misalnya kambing, sapi, ayam, apalagi buah-buahan yang ada di halamannya.
Bila ada rumah berpagar tinggi di perdesaan tentulah penghuninya pendatang dari kota.
Pendatang yang ingin mencari keheningan dan ketenangan suasana desa tapi dipenuhi rasa kuatir. Kuatir ada maling yang membuat kehilangan kekayaannya yang dibawa dari kota. Kuatir ada orang masuk halamannya. Kuatir terganggu privasinya.

Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.

Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.

Pendatang dari kota banyak yang egois?
Setidaknya yang saya lihat dan perhatikan sebagian begitu. Kecuali mereka yang datang atau kembali pulang ke desa setelah merantau bekerja di kota.
Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung.
Ternyata banyak pendatang yang berpijak pada bumi perdesaan namun enggan bergaul dengan masyarakat desa yang lugu dan sederhana.

Jangankan hadir melayat keluarga berdukacita atau ikut gotong royong, diundang kondangan saja mengutus sopir atau pembantunya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun