Berdasarkan penanggalan musim tanam yang dalam budaya Jawa disebut pranata mangsa, pertengahan September hingga pertengahan Oktober disebut mangsa semplah dan termasuk dalam kapat atau ke-4.
Masa ini merupakan masa perubahan dari musim kemarau menuju musim hujan.
Pertanda alam paling nyata atau mudah dilihat adalah mulai munculnya awan atau mendung tipis sekalipun siang hari. Kadang disertai angin yang bisa menimbulkan badai sebab ada perubahan suhu udara dari panas menjadi sedikit lebih dingin. Namun masih kemungkinan kecil turunnya hujan. Jika memang ada hujan turun tidak terlalu lebat dan bersifat lokal.
Masyarakat tradisional Jawa menyimbolkan dengan istilah waspa kumembeng sajroning kalbu dalam bahasa Indonesia berarti air mata menggenang dalam sanubari.
Maksud dari bahasa simbolis ini manusia (petani) bekerja namun belum bisa menghasilkan dan tak perlu bersedih. Simpanlah kesedihan dalam hati saja.
Maksud dari belum bisa menghasilkan sebab petani pada mangsa kapat atau mangsa semplah ini baru mengolah tanah dan menebar benih bukan bibit.
Kerja keras banting tulang hingga capai terasa lunglai dalam bahasa Jawa disebut semplah. Maka dari itu disebut mangsa semplah.