Memorial ini mengisahkan perjuangan Soeharto saat Serangan Umum 1 Maret 1949, Operasi Trikora di Irian Barat (sekarang Papua), hingga penumpasan PKI 1965. Juga usaha pembangunan negeri demi keamanan, kemakmuran, dan kesejahteraan bangsa Indonesia.
Dan, tentu saja kisah tragisnya dipaksa mundur dari jabatannya karena tuduhan kesewenangan dan otoriternya.
Kisah yang ditampilkan dalam bentuk foto, diaroma, dan catatan dokumentasi ini berada pada sebuah lorong yang seakan menggambarkan lorong waktu perjalanan Beliau.
Lorong ini menjadi tempat pertama yang wajib dilihat setiap pengunjung yang diarahkan oleh petugas.
Dari lorong diaroma, pengunjung bisa melihat sejarah singkat H.M Soeharto melalui media elektronik yang berada di tengah pendapa dan siap diputar oleh petugas tanpa membayar.
Di sisi belakang ada juga rumah tempat tinggal Soeharto saat masih kanak-kanak. Di sebelah kiri rumah utama tersebut ada semacam pendapa tempat Beliau dilahirkan.
Hal yang cukup unik dari gedung memorial yang berbentuk joglo atau rumah tradisional Jawa ini adalah warna biru yang dominan. Padahal joglo biasanya berwarna kecoklatan atau warna asli kayu tanpa cat.