Di antara banyaknya nada optimis pada pemain timnas AFF dan pelatih yang menangani, tentu ada yang  pesimis atau tidak terlalu yakin akan prestasi sepakbola. Hanya saja mereka tidak bersuara lantang. Bagi mereka yang bertipe seperti lebih baik diam daripada bersuara dengan nada optimis hanya karena melihat sosok pelatih dan pemain naturalisasi serta skill individu tanpa melihat perkembangan apalagi mengakui kekuatan lawan yang sebenarnya.
Analisa optimis berubah menjadi berbalik ketika kekalahan didapat. Sekali pun tidak menyalahkan pemain dan pelatih secara langsung. Ini membuktikan optimisme berlebihan hanya mengaburkan kenyataan sebenarnya.
Tim nasional sepakbola bukan hanya sekelompok pemain pilihan karena mempunyai skill bagus dan tim pelatih yang mumpuni.
Tim nasional sepakbola adalah keseluruhan tubuh PSSI mulai dari pengurus daerah hingga pusat, pemain, pelatih, suporter, dan tim sponsor yang sinergi membangun prestasi dengan agenda yang tepat.
PSSI bukan hanya pengurus. Begitu pun para pengamat bukan hanya sosok yang hanya yes man atau percaya pada pelatih. Sebaliknya bukan hanya mengkritisi pelatih.
Bukankah PSSI sebagai organisasi sepakbola sejak jaman Orba selalu bermasalah karena jabatan ketua umum dan pengurus daerah lebih bersifat politis? Pembentukan timnas pun lebih bersifat proyek. Mulai dari Timnas Harimau dan Garuda. Mulai dari pengiriman pemain berbakat ke Brasil pada tahun 1987 hingga timnas sebelum dipegang Sty. Selalu rebut. Â
Tidak atau kurang yakin dan pesimis bukan berarti tidak mendukung apalagi tidak nasionalis. Melihat secara realisitis kondisi persepakbolaan berdasarkan pengalaman dan pengamatan sebagai pemain sepakbola amatir atau sekedar yang hobi bermain sepakbola. Bisa juga sebagai guru dan pelatih olahraga di tingkat sekolah atau kampung dan desa.