Bagi petani, serangan hama mulai dari gulma, virus, tikus, wereng, dan burung adalah hal yang biasa. Dalam arti tak bisa ditolak selain hanya bisa mengurangi kerugian yang ditimbulkan.Â
Selain serangan hama yang disebut di atas, ada serangan cuaca yang tak diduga sama sekali. Mulai dari saat baru tanam hingga menjelang panen.Â
Cuaca yang tak menentu dengan curah hujan yang tinggi di saat padi mulai berbunga menyebabkan kandungan air pada padi menjadi tinggi.Â
Dampaknya, setelah panen jika tidak segera dijemur maka akan cepat busuk. Atau jika sudah menjadi gabah kering ketika diselep menjadi beras akan mudah patah. Artinya tidak menjadi beras utuh. Istilah dalam bahasa Jawa menjadi menir.
Selain curah hujan yang tinggi, hujan pada malam hari juga sangat dikuatirkan petani. Petani tradisional menyebut hujan malam membawa upas atau racun yang akan merusak tanaman apa pun. Mulai dari buah, sayuran, hingga padi. Tetapi pengalaman yang pernah dirasakan penulis hanya pada padi, apel, dan buah naga menjadi rusak karena hujan malam.
Secara ilmiah, sampai sekarang belum tahu mengapa hujan malam bisa membuat padi roboh. Seakan-akan diserang makhluk luar angkasa atau alien untuk membuat crop circle. Hanya saja tak terselesaikan dengan baik sehingga padi roboh porak poranda.
Robohnya batang padi membuat rontoknya bulir-bulir padi atau busuknya padi karena terendam air.Â