Kebaya, pakaian tradisional Jawa yang merupakan salah satu bagian busana Nusantara merupakan peninggalan nenek moyang yang begitu indah.
Kebaya pada awalnya memang modelnya memang tidak seperti saat ini yang lebih dipengaruhi oleh kebaya yang dikenakan oleh R.A Kartini dan hanya dikenakan oleh kaum bangsawan atau lingkungan keraton.
Seturut perkembangan jaman kebaya terus mengikuti mode namun tetap terpengaruh pada model klasik Solo dan Jogja.Â
Pada ada masa lalu kebaya selalu dikenakan dengan kain panjang atau jarit. Masa kini bisa dikenakan dengan bawahan rock, celana panjang termasuk kasual atau jean bahkan agak sedikit beda juga dengan kullot.
Sebagai busana atau wastra warisan leluhur yang seharusnya dijaga dan dicintai ternyata kebaya semakin ditinggalkan. Kebaya hanya dipakai pada saat acara formil seperti pesta pernikahan, wisuda, atau hanya saat peringatan Hari Kartini. Beberapa alasan enggan memakai kebaya di antaranya ribet dan tidak sederhana dan menggunakan bahan yang mahal.
Terpanggil untuk menjaga dan melestarikan kebaya sebagai wastra indah warisan leluhur Nusantara, Kebaya Foundation Jogjakarta sedang berupaya mendapat pengakuan dunia dari UNESCO. Upaya ini dilakukan dengan cara mengajak kaum wanita tua muda untuk menggunakan kebaya dalam kehidupan sehari-hari. Ajakan ini disampaikan oleh Ibu Tuti W, wakil ketua Kebaya Foundation saat membuka acara peragaan busana kebaya pada pagelaran Jogja Fashion Week 2022 di JEC - Jogjakarta Expo Center.