Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Hindari Anak Menjadi Korban Tekanan Masalah Orangtua

26 Agustus 2022   14:00 Diperbarui: 26 Agustus 2022   14:02 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa yang tega melakukan dan mengapa? Ibunya sendiri!

Bapak ibunya sebelumnya pengusaha transportasi yang berhasil dengan armada mobil sekitar 20 buah. Kesuksesan membuat lupa, Ibunya terlibat penyalahgunaan narkoba. Tragisnya, Bapaknya justru yang rela mengaku perbuatannya dengan maksud supaya Ibunya dapat merawat dua putranya.

Tanpa pendampingan suami pada akhirnya menejemen perusahaan menjadi kacau dan bangkrut.

Rasa bersalah, ekonomi morat-marit, dijauhi anggota keluarga lainnya membuat emosi tak terkontrol. Ibunya menjadi pemarah. Jika ada sesuatu yang tidak berkenan, pelampiasannya pada anaknya yang kadang merengek minta perhatian atau sesuatu yang dibutuhkan. Bukan kasih sayang yang didapat Alex, selain pukulan bertubi-tubi.


Dua kejadian di atas hanyalah setumpuk masalah kehidupan menderita yang dialami anak yang diketahui guru dan sekolah. Masih ada kejadian lain yang terungkap kepermukaan. 

Misalnya, anak yang kelahirannya tidak diharapkan atau anak angkat yang kurang perhatian.
Ini bukan hanya dialami siswa SD, tetapi juga SMP dan SMA. Bahkan anak TK.

Apa yang dilakukan sekolah?
Komunikasi terbuka dengan orangtua, berbicara hati ke hati bersama psikolog, guru, BK, dan siswa yang mengalami. Pertemuan atau perbincangan bukan hanya satu dua kali bahkan bisa lebih dari sepuluh kali.  

Sekalipun ada indikasi jelas perbuatan yang melukai dan bisa diperkarakan pada pihak berwajib. Sekolah dan guru lebih banyak yang tidak melaporkan kepada pihak yang berwajib. Alasannya ini adalah masalah intern keluarga. Jika terekspos justru semakin membawa keruwetan. Si anak bisa menjadi korban lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun