Siapa yang tega melakukan dan mengapa? Ibunya sendiri!
Bapak ibunya sebelumnya pengusaha transportasi yang berhasil dengan armada mobil sekitar 20 buah. Kesuksesan membuat lupa, Ibunya terlibat penyalahgunaan narkoba. Tragisnya, Bapaknya justru yang rela mengaku perbuatannya dengan maksud supaya Ibunya dapat merawat dua putranya.
Tanpa pendampingan suami pada akhirnya menejemen perusahaan menjadi kacau dan bangkrut.
Rasa bersalah, ekonomi morat-marit, dijauhi anggota keluarga lainnya membuat emosi tak terkontrol. Ibunya menjadi pemarah. Jika ada sesuatu yang tidak berkenan, pelampiasannya pada anaknya yang kadang merengek minta perhatian atau sesuatu yang dibutuhkan. Bukan kasih sayang yang didapat Alex, selain pukulan bertubi-tubi.
Dua kejadian di atas hanyalah setumpuk masalah kehidupan menderita yang dialami anak yang diketahui guru dan sekolah. Masih ada kejadian lain yang terungkap kepermukaan.Â
Misalnya, anak yang kelahirannya tidak diharapkan atau anak angkat yang kurang perhatian.
Ini bukan hanya dialami siswa SD, tetapi juga SMP dan SMA. Bahkan anak TK.
Apa yang dilakukan sekolah?
Komunikasi terbuka dengan orangtua, berbicara hati ke hati bersama psikolog, guru, BK, dan siswa yang mengalami. Pertemuan atau perbincangan bukan hanya satu dua kali bahkan bisa lebih dari sepuluh kali. Â
Sekalipun ada indikasi jelas perbuatan yang melukai dan bisa diperkarakan pada pihak berwajib. Sekolah dan guru lebih banyak yang tidak melaporkan kepada pihak yang berwajib. Alasannya ini adalah masalah intern keluarga. Jika terekspos justru semakin membawa keruwetan. Si anak bisa menjadi korban lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H