Tantangan meningkatkan produktivitas tenaga kerja terus berkembang mengikuti perkembangan zaman yang terus berubah.Â
Di sinilah para pemangku jabatan harus jeli merekrut tenaga yang memiliki kompetensi yang tinggi.
Tenaga kerja bukan sekedar mempunyai pendidikan yang memadai tetapi juga harus memiliki ketrampilan sesuai dengan bidang pekerjaannya.Â
Sehingga etos kerja tenaga kerja bisa menjamin kelangsungan dan peningkatan produktivitas sebuah perusahaan atau yayasan, termasuk dalam bidang pendidikan.
Perekrutan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan minimal berlatar belakang S1 bahkan S2 untuk guru SMP dan SMA untuk beberapa sekolah sudah lumrah dijumpai.
Permasalahan justru bagian umum di sekolah sering menghadapi kendala dengan minimnya sumberdaya manusia. Lulusan tingkat SMA dan SMK jarang mau menjadi tenaga kerja bagian umum. Maka tak jarang menemukan bagian umum hanya lulusan tingkat SD.
Ini sebenarnya bukan masalah jika para tenaga kerja mempunyai ketrampilan dan etos kerja yang tinggi. Kenyataan karyawan bagian umum sering memiliki mental kuli dalam arti hanya menjalankan tugas dengan terus diawasi atau jika disuruh.
Gaji dan tunjangan yang mumpuni sesuai dengan pendidikan dan pekerjaan, adanya intensif berkala, pelatihan peningkatan kemampuan dan keterampilan, pembagian tugas dan jam kerja yang jelas tidak serta merta meningkatkan kinerja karyawan dengan SDM rendah.
Di sinilah pemangku jabatan berani menjalankan fungsi pengawasan secara tegas. Jika berani memberi insentif maka harus berani pula memberi teguran dan hukuman yang mendidik.