Kehidupan anak dan remaja perdesaan yang masih terikat dengan budaya lokal merupakan kekayaan budaya nasional. Bahwa ada sebagian yang mulai mengenal dunia maya tak bisa dipungkiri tetapi budaya tradisional tidak pernah lepas sama sekali.
Minggu pagi tadi, di salah satu sudut Dusun Bendo Lawang, Desa Ngadirejo Kecamatan Jabung Malang yang ada di barat daya lereng Gunung Bromo tampak sekelompok anak laki-laki sedang bermain caplokan dan jaranan atau kuda kepang.
Kuda kepang atau jaran kepang memang seni budaya rakyat yang menyebar hampir di seluruh tanah Jawa bahkan sudah menyebar hingga luar Jawa yang dibawa oleh para pengembara.
Bedanya, untuk wilayah Malang Raya yang meliputi Malang kota dan kabupaten serta Batu, seni jaranan ada bagian seni yang disebut caplokan.Â
Caplokan semacam patung kayu berupa kepala naga yang meringis dengan kepala melotot.
Caplokan kepala naga ini dipegang oleh seorang pemain yang menari serta menghentak-hentakkan untuk membuka mulut naga dengan tangannya sehingga mengeluarkan bunyi plak... plak... plak... plak...plak... plak...
Bukaan mulut naga ini mengisahkan akan menelan siapa pun yang berbuat jahat. Maka dari itu ketika ada penonton yang bersiul dianggap sebagaiÂ