Gonjang-ganjing harga kedelai hampir setiap tahun selalu memukul pengrajin tahu dan tempe tradisional di negeri kita. Lebih dari 25 tahun ini permasalahan kedelai tidak pernah terselesaikan secara tuntas dengan berbagai alasan yang menyertainya.Â
Awal Februari 2022 harga kedelai kembali naik luar biasa. Heboh lagi. Alasan sekarang karena China memborong lebih kurang 100 juta ton atau sekitar 60% kebutuhan kedelai dunia untuk pakan babi yang menjadi andalan peternakan dalam negeri China.Â
Indonesia yang hanya bisa menghasilkan 300 ribu ton dari kebutuhan nasional sekitar 2,5 juta ton menjadi kelimpungan karena sangat tergantung pada Amerika Serikat yang memasok hampir 80% kebutuhan nasional.
Namun kali ini pihak eksportir Amerika lebih suka menjual ke China untuk mengimbangi defisit yang sangat besar.Â
Seperti diketahui, Amerika kalah dalam perang dagang dengan China. Bahkan defisit neraca perdagangan Amerika mencapai 317 milyar dollar AS pada akhir 2020.
0 0 0
Sejak 80an neraca perdagangan Indonesia - Amerika Serikat selalu surplus, bahkan sejak 2014 selalu di atas 1 M dollar AS.Â
Pada Desember 2021 tercatat ekspor Indonesia ke AS mencapai 2,6 M dollar AS. Sedang impor dari AS hanya sekitar 944,8 juta dollar AS. Artinya surplus neraca perdagangan dengan AS sekitar 1,7 M dollar AS.
Untuk mengimbangi  neraca perdagangan yang kurang berimbang ini, AS meminta Indonesia membeli kedelai AS.Â
Sebuah permintaan yang tak dapat ditolak sehingga pasokan kedelai tak pernah lepas dari AS untuk menjaga ekspor Indonesia ke AS tetap aman tanpa ada pembatasan untuk produk tertentu, misalnya garmen. Maka bisa dimaklumi, jika pemerintah kurang serius meningkatkan produksi kedelai nasional.