Pada musim pancaroba dari musim hujan menuju musim kemarau, suhu udara terasa begitu gerah.
Suasana sejuk menjadi begitu panas. Sekalipun mendung menggantung belum tentu hujan.
Salah satu tanda alami musim pancaroba berdasarkan ilmu titen atau berdasarkan ingatan pengalaman orang Jawa, biasanya cacing-cacing ke luar dari dalam tanah. Ini disebabkan suhu dalam tanah ikut naik.
Keluarnya cacing dari dalam tanah tentu membawa resiko yang luar biasa atas hidup matinya.
Menemukan tempat yang basah atau lembab di luar permukaan tanah tak menjamin keselamatan. Menjadi santapan predator seperti ikan, belut, kodok, bangau, atau musang sebuah kemungkinan yang tak dapat dielakkan.
Menemukan tempat yang teduh di bawah rerumputan tapi kering adalah jalan menuju kematian secara perlahan dan amat menyakitkan.
Dikeroyok kawanan semut yang kelaparan tak bisa membela diri selain menggeliat menggelepar meregang nyawa.
Atau terinjak kaki siapa pun yang lewat. Hanya bisa menggeliat tanpa suara untuk sekedar mengaduh.
Adakah yang memperhatikan dan menolong?
Banyak di antara kita yang jijik dan menganggap cacing sebagai hama, sumber penyakit, dan harus dijauhi.
Cacing memang hanya mereka si kecil yang pantas menjadi umpan memancing. Memancing kekuasaan dan kekayaan. Juga memancing masalah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H