Nama lengkapnya Dolly Van der Mart, panggilannya Dolly. Istri seorang pelaut Belanda ini mendirikan sebuah rumah bordil di Jarak, Surabaya untuk memenuhi hasrat sahwat para pelaut Belanda yang kapalnya berlabuh di pelabuhan Surabaya.
Perkembangan selanjutnya, rumah bordilnya menjadi cikal bakal berdirinya rumah-rumah bordil yang didirikan oleh beberapa warga setempat.
Para pelaut yang ingin mampir ke rumah bordilnya untuk melepas sahwatnya selalu menyebut 'mau ke gang Tante Dolly'.
Sejak itulah sebutan Gang Dolly menjadi sebuah nama yang beken bagi lelaki hidung belang. Entah kenapa ya kok disebut hidung belang?
Walaupun Tante Dolly sudah meninggal dunia puluhan tahun silam toh namanya tetap terkenal.
Siang ini, setelah memimpin upacara pemakaman seorang umat di pemakaman umum Sukun, Malang, saya menyempatkan diri mengunjungi makam Tante Dolly.
Sekitar sembilan tahun silam, makam Tante Dolly masih terlihat cukup terawat bersama puluhan makam para kolonial yang tersisa. Namun puluhan makam kini mulai tinggal beberapa saja yang lainnya telah dihuni atau diganti oleh warga baru. Di antaranya adalah makam Tante Dolly.
Mengapa banyak yang enggan menempati rumah Tante Dolly?
Rupanya kisah kelam masa lalu Tante Dolly menjadi pertimbangan. Bahkan oleh petugas Pemakaman Sukun, makam Tante Dolly dijadikan tempat pembuangan dan pembakaran sampah sehingga tampak demikian kotor daripada makam-makam yang lainnya.
Semoga Tante Dolly diampuni dosa-dosanya dan bahagia di sisiNya.
Sumber: