Hanya beberapa jengkal ia melangkah namun kabut tipis sudah menuruni perbukitan di lembah tempat di mana ia pernah membangun sebuah impian mendirikan sepetak huma. Gerimis pun segera deras membasahi jalan yang makin licin untuk dilalui.
Sedikit di atas huma yang mulai tertutup kabut ia menoleh ke belakang sekedar menengok sebuah kenangan indah yang kini terasa menyesakkan. Angin gunung yang membuai selama ini kini terasa dingin menusuk kulit menembus tulang.
Setitik air mata jatuh bersama tetes-tetes air hujan di pipinya kala ia melihat bayangan yang baru berlalu saat sang pujaan hati mengatupkan mata di pangkuannya dengan sebuah senyum kebahagiaan telah menemaninya berkebun kasih di huma ini.
Kabut semakin tebal menuruni bukit. Ia pun kembali melangkah ke puncak di mana sinar mentari bertengger menyinari kehidupan yang harus ia jalani dari awal. Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H