Mbah Darmo yang biasanya pendiam menjawab bahasa Jawa dengan tersenyum,"Arep ngulon..." Dalam bahasa Indonesia artinya akan ke barat. Maknanya akan pergi haji.
Mendengar jawaban itu, Solikin yang sedikit nakal menjawab sekenanya,"Walaaaah Paidi kok tega, kecil dibesarkan sekarang mengantar kakeknya naik haji kok naik kambing."
Mendengar ucapan Solikin, kami hanya tersenyum. Demikian juga Paidi tersenyum sambil menuntun tiga kambingnya di belakang Mbah Darmo yang menuntun seekor kambing.
0 0 0
Seperti biasa pada hari raya ketupat, kami berlima Paidi, Solikin, Rupadi, Rukmini satu-satunya teman wanita yang sangat petrak (tomboy), dan saya selalu berkumpul dan makan bersama bersama di rumah Mbah Darmo.Â
Sungguh sangat mengejutkan saat itu Paidi yang duduk di samping Mbah Darmo meminta kami mengantar Mbah Darmo ke Tanjung Priok, Jakarta yang akan menunaikan ibadah haji dengan naik kapal laut.Â
Tentu saja kami terkejut namun tentu saja gembira sekali. Tak disangka, Mbah Darmo yang hanya buruh tani tanpa sanak saudara selain cucu satu-satunya kini bisa pergi ke Arab Saudi untuk menunaikan ibadah haji.
0 0 0
Lima puluh tahun berlalu desa kutinggalkan untuk merantau sebagai seorang guru. Tiga hari yang lalu menjelang Idul Adha, saya mengunjungi Paidi yang tetap tinggal di desa membentuk keluarga bahagia bersama Rukmini.Â
Tak banyak perubahan dari kehidupan mereka. Tetap sederhana seperti yang diteladankan oleh Mbah Darmo. Namun senyum selalu terkembang. Senyum bahagia yang seperti kami rasakan ketika kami bermain bersama. Tak ada kesedihan.