Barangkali saya termasuk salah satu guru yang tidak pernah mendapat sertifikasi hingga pensiun. Tak apalah. Walau rekan-rekan guru ada yang menerima antara 1.500.000 hingga 3.000.000 per bulan sekalipun diterima setiap tiga bulan sekali. Mungkin saya bukan guru profesional.
Berhubung banyak juga guru yang tidak menerima sertifikasi, toh pemerintah daerah memberi intensif dengan istilah berbeda-beda. Hanya saja pemberian ini bersifat insidentil. Besarnya pun berbeda tiap daerah. Ada yang 50.000 tiap bulan. Ada yang 100.000 tiap bulan. Ada yang diberikan setahun sekali. Ada yang diberikan setiap enam bulan sekali. Namun anehnya, setiap kali mau diberikan selalu disuruh membuka rekening baru dari bank berbeda. Tapi semuanya pada bank plat merah. Aneh dan hebatnya, ada juga bank yang memberi syarat untuk membuka nomer rekening baru mewajibkan menabung sebesar 250.000
Berharap mendapat dana bantuan sekecil apa pun berbondong-bondonglah para guru membuka rekening. Sialnya, ternyata dana bantuan itu ada yang tidak pernah cair tanpa penjelasan.
Pengalaman saya mendapat bantuan semacam ini sebanyak lima kali. Lewat BRI, Mandiri, dan BNI 46. Jumlahnya tak lebih dari dua juta. Tapi harus disyukuri.
Tapi apakah uang atau dana bantuan atau apalah namanya pernah atau bisa saya cairkan?
Sebagai seorang guru yang punya pekerjaan sampingan sebagai petani, fotografer, dan wedding organizer yang pembayarannya melalui e-banking membuat saya mempunyai beberapa rekening. Sialnya, lagi-lagi sial, lupa mempunyai rekening juga dana bantuan untuk para guru dari pemerintah daerah.
Akhir 2019, saya berniat mencairkan dana bantuan tersebut serta mengambil K-reward untuk pertama kali. Hasilnya? Sungguh betul-betul amat sangat mengejutkan sekali. Tak bisa dicairkan karena uangnya sudah habis karena dianggap rekening tidak aktif. Sedang untuk K-reward sudah dialihkan entah kemana. Hladalah......
Bagaimana dengan K-reward selanjutnya yang lewat Bank Mandiri? Sama saja. Berkali-kali eh lima kali menghubungi no WA, email, dan satu dua orang Admin K berdasarkan no WA yang saya dapat dari dua Kompasianer toh tak pernah mendapat jawaban.
Dalam urusan dengan bank, jika saya mau menabung atau nyaur hutang sangat mudah pelayanannya. Senyum manis sebagai wujud excellent service atau layanan prima mulai dari Satpam hingga teller atau pun customer service selalu bagus. Kecuali kalau mau mengajukan hutang.
Layanan prima untuk nasabah memang sangat bagus tapi seharusnya juga diimbangi dengan layanan prima dalam sistem tanpa mengurangi kerugian secara finansial bagi nasabah.
Senyum manis layanan prima dari seluruh lapisan karyawan dan pimpinan bank ternyata kadang juga tidak membuat nasabah tersenyum. Sistem telah membuat nasabah tersenyum kecut. Bahkan mungkin mengumpat.
Beberapa hari yang lalu saya duduk-duduk di pinggir Kali Amprong dekat rumah dan kemarin lusa duduk di pinggir Kali Mas sebelah Monumen Kapal Selam, Surabaya. Saya amati mata air-mata air mengalir membentuk sungai. Dan sungai-sungai mengalir membentuk lautan bahkan samudera.
Demikian juga ternyata nasabah-nasabah menghidupi dan menghidupkan bank.
Hladalah....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H