Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Senandung Doa

4 Juni 2021   19:50 Diperbarui: 4 Juni 2021   20:00 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Senja makin merona kala aku masih berdiri terpana menatap langkahmu meninggalkan tanah para dewa.
Entah tangan siapa yang membawa ke sana hanya hatimu yang bisa menjawabnya.
Kulantunkan tembang lembut dalam relung hati ini tentang sapaan Sang Badranaya pada manusia yang merunduk bersimpuh di sudut sanggar pasembahan Jawa Sanyata.

Ing eninging tepining wana tengahing buwana manungsa kudu ngelmu kang nyata.*

Mentari belum terlelap walau desa semakin gelap menelan bayangmu yang sirna di ufuk sana.

Di depan Sang Badranaya aku bersimpuh dalam doa...

Duh Ulun Sang Hyang Wenanging jagad mugi kawula saged meningi kang nata kawula Nungsa Mulya Tiyasa... **

Catatan:
* Dalam keheningan di tepi hutan di tengah dunia manusia harus menimba ilmu tentang kebenaran.
** Duh Sang Maha Kuasa Alam Semesta, semoga kami bisa menjaga diri dalam kemuliaan Mu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun