SD Nusantara merupakan salah satu sekolah yang cukup ternama di Desa Asteng yang subur makmur. Warganya hidup serba kecukupan walau ada yang miskin. Ya miskin harta ya miskin pengetahuan karena malas belajar dan bekerja.
Salah satu siswa di sekolah itu ada anak yang pendiam tapi mblubut atau bebal. Tugas sekolah jarang dikerjakan apalagi pe-er. Kalau dinasehati cuma diam saja atau menjawab semaunya. Tak perlu belajar susah payah, sebab hidup sudah ditentukan Sang Maha Kuasa, katanya. Jika dimarahi matanya melotot menantang tatapan gurunya.
Teman-temannya tentu saja banyak yang jengkel. Sebab saat ada ulangan selalu menyontek. Bila tidak diberi jawaban akan marah dan menuduh tidak setia kawan dan pukul-pukul bangku membuat gaduh.
"Kita harus memanggil ayahnya," kata kepala sekolah dalam rapat guru.
0 0 0
Esok harinya, seorang lelaki tua datang menemui wali kelas untuk membahas masalah si anak bebal ini. Setelah berbicara sekian menit dengan si guru, lelaki tua menjawab enteng.
"Maaf, pak guru...dia bukan anak saya."
"Tapi catatan di buku induk ini tertulis sebagai putra Bapak..." Kata si guru penuh keheranan.
"Ah, sudahlah....nanti di rumah akan kami didik dengan baik. Semoga bertobat."
Setelah mengatakan demikian, lelaki tua ini meninggalkan kantor sekolah tanpa pamit. Para guru yang ada di situ terbengong-bengong.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H