Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tahta Berkalang Tanah

6 Maret 2021   10:25 Diperbarui: 6 Maret 2021   22:31 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kurupati Suyudana hanya duduk terdiam dalam kedukaan tiada tara setelah satu persatu saudaranya gugur. Kini dalam tahta tanpa arti kekuasaan ia hanya bisa berpasrah dalam pertempuran terakhir di hadapan segelintir punggawanya.
Kemenangan hanya sebuah angan dan kekalahan adalah kemegahan diri menuju kematian.

Wajahnya kini makin sembab menanggung semua derita karena nafsu kuasa.
Bayangan hitam kematian sudah di hadapannya. Dikumpulkannya sisa-sisa kekuatan untuk menerima kenyataan penuh sesal masa lalu. Mengapa ia begitu tunduk pada si tua Begawan Durna dan patuh pada Sengkuni Mahapatih Astinapura.

Jauh di ujung Kurusetra, ksatria gagah Werkudara menantinya untuk menghantar menuju pasulayan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun