Perbincangan dengan penyemai bibit sayur, perjalanan kami lanjutkan menyusuri perkebunan bambu tepian Kali Amprong untuk mencari suasana yang lebih tenang namun menantang. Baru sekitar beberapa ratus meter, kala akan menuruni tepian sungai irama merdu celoteh riang anak-anak yang sedang mandi terdengar riuh di antara gemercik derasnya air yang mengalir ke selatan.Â
Tanpa mempedulikan saya memotretnya apalagi dengan keruhnya air, mereka bermain dengan terjun dari batu cadas ke lubuk yang deras dan menghanyutkan diri. Kegembiraan tampak dalam wajah-wajah ceria walau mendung semakin hitam menggelayut tanda hujan akan turun. Tak ada semilirnya angin yang menunjukkan hujan segera akan turun.
Sambil istirahat, kami lihat seorang lelaki sedang menjala ikan di depan bendungan yang sangat deras alirannya. Lebih dari dua puluh menit atau beberapa kali lemparan jals tak seekor ikan pun yang tertangkap.Â
Namun wajahnya tak menunjukkan kekecewaan justru malah ia tersenyum. Ia memang bukan pencari ikan untuk mencari nafkah selain mengisi waktu untuk menghibur diri. "Sekedar untuk bersenang-senang Mas daripada bosen di rumah tak ada pekerjaan," katanya kala kuajak bicara.
Sungai di negeri ini memang tak pernah jernih karena erosi di daerah udik atau juga karena polusi. Tetapi sungai tetaplah memberi kesegaran bagi sebagian masyarakat apa pun bentuknya.Â
Maka marilah menjaga sungai apa pun cara dan bentuknya.
#Oleh-oleh gowes  hari Kamis, 24 Februari 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H