Jajah desa milang kori, adalah peribahasa Jawa dari kata jajah: keliling; desa: desa; milang: menghitung, dan kori: pintu. Jika diterjemahkan arti harafiahnya keliling desa menghitung pintu. Maksudnya yang tepat, keliling desa mencari pengalaman, pengetahuan, dan nafkah.Â
Sebagai orang yang suka blusukan yang dalam bahasa Jawa, penulis disebut kaya kleyang kabur kanginan atau bagai daun kering yang terbawa angin, setiap hari selalu keliling desa untuk mencari ilmu dan nafkah dengan betgowesria bersama istri.Â
Kadang cuma hanya 15 km pergi pulang kadang hingga sekitar 48 km. Banyak yang didapat dari pertemuan dan perbincangan yang kami lakukan dengan para petani atau pun kelompok tani selama perjalanan dan menjadi sebuah kisah yang dapat menjadi inspirasi bagi orang lain.
Singgahan pertama hanya sekitar 100 m dari rumah untuk melihat dan memberi contoh salah satu ibu PKK untuk memetik kangkung yang kami tanam di polibag di kebun samping balai RW. Sangat membanggakan kebun program ketahanan pangan keluarga cukup berhasil.
Singgahan ke dua, di gereja kami yang telah berhasil menanam dan memanen sayur kangkung, lembayung, sawi pakchoi, dan cabai setelah penulis mengajak beberapa umat untuk menanam sayur polibag di depan halaman gereja. Usaha pertama yang cukup berhasil mendapat perhatian dari umat dan pastor paroki.
Singgahan ke 4, sekitar 10 km dari rumah yakni tempat wisata bernuansa kerajaan, yakni Lembah Tumpang seperti yang telah ditulis K'ner Mas Teguh H. Di sini penulis hanya sekedar minum dan istirahat.
Singgahan ke 5, sekitar 5 km arah selatan dari Lembah Tumpang yakni Museum Panji yang telah ditulis oleh K'ner Lilik Fatimah dengan rinci. Di tempat ini penulis hanya mencari info tentang acara budaya yang sering kami ikuti. Namun karena pandemi Covid-19 banyak acara yang belum terselenggarakan.
Singgahan ke 7, ke sebuah peternakan ayam petelur yang dikelola dengan sangat berhasil oleh seorang yang sebelumnya hanyalah buruh tani.