Jika berkunjung ke Situs Patirtan Ngawonggo, Malang ada sosok seorang pemandu yang mudah kita jumpai karena penampilannya yang berbeda dari para pekerja yang ada di tempat tersebut. Sekali pun penampilan berbeda seperti ini sering juga kita temui pada diri seniman, budayawan, atau musikus. Berambut gondrong, dengan kumis, cambang, dan jenggot yang menjuntai panjang. Panggil saja si pemandu ini dengan Mas Yasin.Â
Berbadan ceking dan tatapan mata yang sayu serta sedikit senyum apalagi dengan gaya pakaian memakai celana panjang model sarung dengan kaos bertuliskan Patirtan Ngawonggo dengan huruf, seakan menggambarkan dia seorang yang sangar.Â
Padahal kala di sapa ia akan membalasnya dengan ramah. Sapaan dengan ucapan 'rahayu' serta telapak tangan terkatup di depan dada selalu diberikan pada pengunjung yang disambutnya di depan gerbang situs.
Bagi pengunjung yang sudah wekasan, Mas Yasin pun akan siap sedia menemani dan menjelaskan seluk beluk Patirtan Ngawonggo. Bahkan diajak berbincang serta diskusi tentang budaya Jawa pun sangat terbuka.Â
Sebab sebagai pemerhati dan pelestari budaya Jawa, Mas Yasin ingin belajar dari para pengunjung yang juga mengerti tentang budaya Jawa. Di sisi lain juga ingin mengajak para pengunjung untuk lebih mengenal budaya Jawa sesuai dengan kemampuan mereka.
Kini, bersama komunitasnya dan masyarakat Desa Ngawonggo melalui Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) Kaswonggo merasa bangga Patirtan Ngawonggo mulai dikenal dan menjadi tempat wisata baru yang menarik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H