Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Merawat Kemesraan Pasangan dan Keluarga Lewat Urban Farming

31 Januari 2021   14:26 Diperbarui: 31 Januari 2021   14:38 4564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu keluarga sejahtera yang bisa menjadi teladan, Dokumen pribadi

Bila kita menyusuri persawahan atau jelajah desa di pelosok, sering kita menemukan pasangan bapak-ibu petani sedang menggarap sawah dan kebunnya bersama-sama. Baik pasangan suami istri kala menanam dan merawat tanaman mereka atau bersama keluarga yakni bapak, ibu, dan anak-anaknya. Rasa kemesraan begitu tampak dalam kehidupan mereka yang damai di antara bentangan sawah dan hijaunya ladang yang subur. Sebuah pertanyaan muncul dalam hati, mungkinkah ini bisa ada dalam kehidupan di kota?

Banyak cara yang dilakukan setiap keluarga untuk menjaga keakraban dan kemesraan antar pasangan suami istri atau pun seluruh anggota keluarga. Di antaranya lewat makan bersama, nonton televisi bersama, rekreasi bersama, membersihkan, menata rumah bersama, berdoa dan beribadah bersama, serta berkebun bersama. Hal yang tampaknya sepele ini justru sering terabaikan karena kesibukan setiap anggota keluarga. Bahkan pada saat libur pun kebersamaan sering terlupakan.

Pasangan suami istri petani. Dokumen pribadi
Pasangan suami istri petani. Dokumen pribadi
Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.
Tergerak akan panggilan kehidupan yang demikian mesra seperti teladan tak langsung dari para petani yang sederhana, penulis dan sebuah komunitas berupaya membina kehidupan semacam ini lewat urban farming. Sebuah kegiatan yang ada kaitannya dengan Program Ketahanan Pangan Keluarga untuk bercocok tanam di lahan sempit. Dalam hal ini kegiatannya berupa menanam sayuran di polybag sebuah pilihan yang paling mudah dilaksanakan dan tidak membutuhkan beaya besar dan peralatan yang rumit.

Sasaran pertama memang keluarga pra sejahtera untuk memenuhi gizi dasar dengan mengkonsumsi hasil tanaman sendiri yang peralatan bercocok tanam berupa media, benih, dan pupuk serta bimbingan cara penyemaian, penanaman, perawatan, panen dan pasca panen melalui WAG komunitas maupun lembaran petunjuk diberikan secara cuma-cuma. Tentu saja dengan rajin mengunjungi untuk melihat karya mereka juga saling bertanya jawab langkah-langkah terbaik untuk hasil panen yang baik pula.

Sasaran kedua tentu saja semua keluarga yang ingin mengembangkan walau sekedar untuk mengisi waktu atau menjalankan hobi namun tetap dijalankan bersama baik oleh pasangan suami istri, anggota keluarga, maupun bersama warga tempat tinggal. Baik di komplek perumahan kelas menengah, klaster, kampung, juga dusun.  

Bapak-ibu Yosep, salah satu keluarga yang ikut program. Dokumen pribadi.
Bapak-ibu Yosep, salah satu keluarga yang ikut program. Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.
Bpk-ibu Didik di kebun belakang rumahnya. Dokumen pribadi.
Bpk-ibu Didik di kebun belakang rumahnya. Dokumen pribadi.
Ibu Nugroho dan Bpk Nugroho (tidak kelihatan) bercocok tanam bukan hanya bunga tetapi juga sayur mayur. Dokumen pribadi
Ibu Nugroho dan Bpk Nugroho (tidak kelihatan) bercocok tanam bukan hanya bunga tetapi juga sayur mayur. Dokumen pribadi
Sungguh sangat mengejutkan bahwa kegiatan ini cukup mendapat sambutan dan dijalankan dengan penuh antusias. Dari 40 keluarga yang menjalankan kegiatan ini hanya 5 keluarga yang gagal tanam dengan alasan kesibukan dan 2 keluarga yang perlu bimbingan teknik bertanam di lahan sempit serta memberi semangat untuk terus berkarya untuk memenuhi salah satu kebutuhan dasar.  Tentu saja dari 7 keluarga yang gagal dalam pelaksanaan program ketahanan pangan keluarga bukan berarti gagal pula dalam menjaga kemesraan pasangan dan keluarga. Sebab tujuan awal dari program ini adalah pemberdayaan keluarga pra sejahtera lewat urban farming.

Jer basuki mawa bea, segala usaha dan karya membutuhkan beaya dan pengorbanan. Syukurlah ada donator yang membantu serta ada keluarga sejahtera dari komunitas kami yang mau memberi teladan nyata dalam bertani dan urbanfarming di rumahnya dengan menanam sayur mayur di polybag di tembok pinggir talang atap rumahnya sekali pun mereka juga seorang petani sukses serta seorang arsitek.

Bertani dan bercocok tanam di lahan sempit memang bukan sekedar pengisi waktu dan menjalankan hobi tetapi juga untuk memenuhi salah satu kebutuhan dasar serta membina kemesraan keluarga.

Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun