Sekarung rumput bercampur sawi tua yang tidak dipanen karena harga jatuh teronggok di tengah sawah. Sendirian. Menunggu sang pemilik datang mengangkatnya dan menaruhnya di kandang untuk pakan ternaknya. Lima belas menit kemudian, datanglah petani tua dengan sepeda motor bututnya datang. Badannya yang kecil dan agak kurus namun tampak tak ada wajah kelelahan sekali pun keriput kulitnya sudah berlapis-lapis.
Dipeluknya sekarung rumput tersebut lalu diangkatnya ke pematang di antara pinggir sawah dan jalan. Cukup berat bagiku yang sudah jarang mengangkat rumput dan kayu bakar.Â
Di atas pematang ditaruhnya sekarung rumput tersebut lalu ia jongkok dan menaruh rumput tersebut di bahu kirinya. Uff....tampak dia menarik nafas panjang lalu berdiri dengan sedikit terhuyung. Kudekati dia dan menawarkan bantuan untuk mengangkat bersama membawa rumput tersebut ke dekat sepeda motornya.Â
"Gak usah ini memang tanggungjawab saya," katanya.
"Bisa,Pak?"Â
"Setiap hari saya mencari rumput seperti ini,"
Sesampainya di dekat sepeda motor, sekarung rumput tersebut lalu ditaruh di atas sadel sepeda motornya. Â Kemudian diikatnya dengan rapat. Begitu selesai ia menarik dan menghela nafas agak panjang, lalu dengan sekali pancal greeeng...sepeda motor telah berbunyi. Ia menoleh sebentar sambil tersenyum kepada penulis lalu tancap gas mengantar rumput pesanan seorang pemilik sapi.
Ketika ia telah cukup jauh, saya pun melanjutkan perjalanan gowes lagi. Sebuah kalimat terngiang di telinga saya: "Ini tanggung jawab saya...." Sebuah pesan tak terduga dari seorang petani tua sederhana. Seberat apa pun tugas dan tanggungjawab yang harus kita panggul sendirian tetaplah harus dikerjakan. Bukan kita tak butuh sesama. Bukan kita tak butuh bantuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Sosbud Selengkapnya