Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Belajar Bijak dari Para Petani dalam Menyelesaikan Masalah

10 Oktober 2020   12:00 Diperbarui: 10 Oktober 2020   13:30 593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjelang pertengahan Oktober, seperti biasa mendung menggelayut namun hujan belum juga turun selain gerimis yang masih malu-malu kucing. Bentangan sawah yang mengering karena berkurangnya pasokan air yang mulai menurun akibat debit air sungai yang terbagi ke aliran irigasi juga menurun. Sekali pun masih ada sawah yang tampak hijau subur karena masih menerima jatah pembagian air irigasi. 

Surutnya aliran sungai yang menyebabkan menurunnya pasokan air irigasi tentu saja kadang membuat sedikit permasalahan bagi para petani. Namun bukan berarti tanpa ada pemecahan secara tepat dan bijaksana tanpa perlu perdebatan apalagi adu kekuatan otot sekali pun para petani lebih banyak bekerja dengan otot.

Seperti yang terjadi di sekitar persawahan Desa Temboro, Malang. Menurunnya debit air di irigasi menyebabkan beberapa hektar sawah yang seharusnya mulai ditanami tampak kekurangan air dan mengering. Di sisi lain yang sudah ditanami juga membutuhkan pengairan. 

Kadang rebutan pasokan pun tak terelakan sekali pun ada petugas pembagi air (biasa disebut kuwawa, waker, atau ulu-ulu) yang telah ditunjuk. Tudingan kuwawa kurang dan bahkan tidak adil karena lebih menguntungkan Pak A dan Pak B serta mengabaikan sawah Pak C dan Pak De kadang muncul. Tentu saja ini sangat tak enak didengar siapa pun dan harus diselesaikan dengan adil dan bijak.

Tetap tersenyum walau belum kebagian air. Dokpri
Tetap tersenyum walau belum kebagian air. Dokpri
Sabar walau lahannya sudah kering dan butuh pengairan. Dokpri
Sabar walau lahannya sudah kering dan butuh pengairan. Dokpri
Bincang santai tapi berguna. Dokpri
Bincang santai tapi berguna. Dokpri
dokpri
dokpri
Penyelesaian bersama tak harus semua petani berkumpul. Cukup perwakilan saja, bahkan kadang hanya 5-7 orang bicara santai di pinggir sawah sambil merokok. Keputusan bijak dan adil pun diambil, hari ini mulai malam ini bentangan sawah bagian timur aliran irigasi mendapat jatah pembagian air dan esok malam bagian barat aliran irigasi. Demikian terus bergantian.

Baik di bagian timur maupun barat, ada sawah yang kering dan ada pula sawah yang baru ditanami dan dalam pertumbuhan tentu sangat membutuhkan pengairan. Maka yang diutamakan adalah yang baru saja ditanami agar tidak kekurangan air yang menyebabkan layu dan mati sehingga sangat merugikan. 

Selanjutnya baru lahan kering yang siap tanam. Lahan kering yang belum diolah apalagi belum dibersihkan dari sisa-sisa panen dan gulma tidak akan diairi dulu agar air yang sangat dibutuhkan tidak terbuang percuma. Selanjutnya yang diairi adalah lahan dengan tanaman yang mulai berbuah.

Penyelesaian pembagian pengairan sawah ini tampak sederhana namun merupakan cara bijak dan adil tanpa ada yang dirugikan.

Mendapat bagian. Dokpri
Mendapat bagian. Dokpri
Kiri lebih membutuhkan, kanan tunggu dulu. Dokpri
Kiri lebih membutuhkan, kanan tunggu dulu. Dokpri
Setiap hari selalu mendapat bagian untuk mencuci sayur. Dokpri
Setiap hari selalu mendapat bagian untuk mencuci sayur. Dokpri
Air digilir semalam wilayah barat. Dokpri
Air digilir semalam wilayah barat. Dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun