Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Makarya kanggo Tuku Sega (Bekerja untuk Sesuap Nasi)

3 Oktober 2020   12:36 Diperbarui: 3 Oktober 2020   13:03 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ana unen-unen, ana dina ana upa tegese saben dina panganan bakal sumadya sanadyan sing dipangan mung sak upa. Mula, supaya sing sumadya ora mung saupa kudu sregep nyambutgawe supaya sing sumadya sapiring sega. Kaya unen-unen: ora obah ora mamah. Tegese sing sapa ora gelem makarya ora bakal oleh upah kanggo tuku panganan.
Nyambutgawe kuwi pancen abot nanging yen ditandangi kanti mareme ati bakal enteng ora rekasa.
Dene yen wis nyambutgawe kanthi tenanan uga aja ngresula mung oleh upah kanggo sedina. Sesuk isih ana dina. Bakal ana upa. Elinga nyambut gawe kuwi kanggo urip sakmadya dudu golek banda donya.

Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.
Foto dokumen pribadi
Foto dokumen pribadi
Yen sing tuwa gelem rekasa, sing enom aja ngresula. Foto dokumen pribadi
Yen sing tuwa gelem rekasa, sing enom aja ngresula. Foto dokumen pribadi

Bahasa Indonesia.
Ada ungkapan, ada hari ada nasi yang artinya setiap hari senantiasa tersedia makanan sekalipun hanya sebutir nasi. Maka dari itu, supaya yang tersedia bukan hanya sebutir beras maka harus rajin bekerja agar yang tersedia untuk disantap sepiring nasi. Seperti ungkapan: tidak bergerak tidak akan mengunyah. Artinya, jika kita tidak mau bergerak untuk bekerja maka tidak akan mendapat penghasilan untuk membeli makanan.

Bekerja memang berat namun jika dilakukan dengan senang hati maka tidak akan menjadi beban. Bila kita sudah bekerja jangan pula mengeluh karena hanya menerima upah sehari. Esok masih ada hari. Bakal ada nasi.

Ingat bekerja untuk memenuhi kebutuhan bukan mencari harta kekayaan.

Ah! Dokumen pribadi.
Ah! Dokumen pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun