Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pagelaran Seni 31 Tahun Padepokan Seni Mangun Dharmo Malang

27 Agustus 2020   17:20 Diperbarui: 28 Agustus 2020   05:47 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tari Putri Jawi oleh Chacha, Ila, dan Safana cantrik padepoakan. Dokpri

Padepokan Seni Mangun Dharmo yang berada di Dusun Kemulan Desa Tulus Besar Kecamatan Tumpang Malang, merupakan salah satu pedepokan seni yang ada di Kabupaten Malang.

Sesuai dengan sebutannya sebagai padepokan, maka di komunitas ini bukan hanya melatih dan mengembang seni tari khususnya tari topeng Malang tetapi juga membuat topeng yang mengambil dari kisah-kisah Panji, membuat wayang kulit juga dari kisah Panji, pelatihan pedalangan dan tembang macapat, serta mengadakan semacam seminar dan workshop berkaitan dengan budaya Jawa seperti tentang keris, suluk, pakaian adat Jawa, pertunjukan wayang kulit, dan sendratari. Peserta dan tamunya pun bukan hanya dari desa setempat sekitar Tumpang dan Poncokusmo atau dari dalam negeri saja tetapi juga dari manca negara seperti Thailand, Vietnam, Malaysia, Australia, Belanda, Inggris, Perancis, Jerman, Belarusia, serta Amerika.

Kembul Donga atau doa bersama. Dokpri
Kembul Donga atau doa bersama. Dokpri
Ki Soleh memberikan potongan Tumpeng pada istrinya. Dokpri
Ki Soleh memberikan potongan Tumpeng pada istrinya. Dokpri
Dalang cilik siap tampil. Dokpri
Dalang cilik siap tampil. Dokpri
Pada Rabu, 26 Agustus 2020 ini merupakan hari ulang tahun yang ke 31th Padepokan Seni Mangun Dharmo. Sebuah usia yang belum terlalu tua, namun kiprahnya tentu saja sudah bisa dikatakan luar biasa karena telah melahirkan seniman dan budayawan milenial dan tangguh untuk mempertahankan dan mengembangkan kesenian tradisional Jawa khususnya tari topeng Malang yang berkembang di desa-desa wilayah timur Malang.

Seniman dan budayawan bukan hanya berkiprah di wilayah Nusantara saja tetapi juga berkembang dan menetap di daratan Eropa, Amerika, dan Australia.

Tari Putri Jawi oleh Chacha, Ila, dan Safana cantrik padepoakan. Dokpri
Tari Putri Jawi oleh Chacha, Ila, dan Safana cantrik padepoakan. Dokpri
Bapang oleh Fernando. Dokpri
Bapang oleh Fernando. Dokpri
Tari Sekar Jenang oelh Novita, Valen, dan Ester. Dokpri
Tari Sekar Jenang oelh Novita, Valen, dan Ester. Dokpri
Bojang Ganong. Dokpri
Bojang Ganong. Dokpri
Acara yang berlangsung sederhana karena masih dalam masa pendemi Covid-19 namun berlangsung meriah sebab bukan hanya sekedar kembul donga dan kembul bujana atau doa dan makan bersama tetapi juga menampilkan para cantrik (peserta didik padepokan) unjuk diri kebolehan dan ketrampilan mereka dalam pertunjukan seni yang menawan. Tentu saja juga mengundang para seniman dan budayawan Malang dari komunitas lain seperti Malang Dance, Padepokan Sangguran Jun Rejo Batu, Dewan Kesenian Malang, dan dosen-dosen seni satra dari Universitas Negeri Malang.

Temaram dan dinginnya malam di tengah musim kemarau walau kadang hujan, tidak menyurutkan para undangan yang hadir untuk tetap terpaku duduk dan melihat hingga pertunjukan selesai. Acara yang di mulai sekitar jam 19.30 WIB atau bakda Isyak dan baru selesesai sekitar jam 02.00 dini hari tadi.

Tepuk tangan meriah bagi para peserta dari para hadirin merupakan tanda kegembiraan yang terungkap luar biasa karena selama pandemic Covid-19 pertunjukan rutin di padepokan, kafe, dan pelataran Candi Jago yang jaraknya hanya sekitar 800m dari padepokan tidak bisa dilaksanakan. Hal lain yang patut disyukuri adalah acara ini diijinkan pihak berwajib dengan tetap memperhatikan dan menjalankan protocol kesehatan mencegah dan memutus penyebaran Covid-19.

Penampilan ki dalang cilik Hadi Wahyu Wibowo dengan wayang gaya Solo.
Penampilan ki dalang cilik Hadi Wahyu Wibowo dengan wayang gaya Solo.
Penampilan Feri, ki dalang cilik bergaya wetanan atau jekdong atau Malangan. Dokpri
Penampilan Feri, ki dalang cilik bergaya wetanan atau jekdong atau Malangan. Dokpri
Penampilan ki dalang muda Mas Dimas, salah satu cantrik padepokan yang kini kuliah di ISI Surakarta jurusan pedalangan. Dokpri
Penampilan ki dalang muda Mas Dimas, salah satu cantrik padepokan yang kini kuliah di ISI Surakarta jurusan pedalangan. Dokpri
Baju merah pembaca suluk. Baju hitam dalang wayang topeng. Dokpri
Baju merah pembaca suluk. Baju hitam dalang wayang topeng. Dokpri
Hal yang luar biasa dalam pagelaran kali ini adalah tampilnya kembali komunitas tari Topeng Malang dari Desa Jabung yang baru saja bangkit dan hidup kembali setelah hampir 30 tahun mati suri setelah para tokoh dan sesepuh tari topeng wilayah Jabung telah tiada. Berkat dorongan semangat dari tokoh tari topeng di wilayah sekitarnya, terutama dari Ki Soleh Adipramono selaku pandega atau pimpinan Padepokan Seni Mangu Dharmo, Desa Tulus Besar Tumpang Malang.

Rahayu...rahayu....

Sinden masa kini yang ulem suaranya. Dokpri
Sinden masa kini yang ulem suaranya. Dokpri
Ratu Kelana dari Jabung. Dokpri
Ratu Kelana dari Jabung. Dokpri
Seniman Tumpang dan Jabung. Dokpri
Seniman Tumpang dan Jabung. Dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun