Inginku seperti dulu duduk berdua di belakang rumah dengan memandang gelapnya ladang yang penuh pohon melinjo
Lalu kuajak dirimu berjalan ke bawah pohon kantil yang merontokkan bunganya
Kau yang ketakutan langsung mendekapku dan itu memang kunantikan
Padahal aku sendiri kuatir jangan-jangan kau bukanlah dirimu tetapi kuntilanak yang menyerupa dirimu
Ah kau memang menggemaskan kala mencubit lenganku karena aku mempercepat langkahku yang membuatmu ketakutan...
Sehingga aku tertawa lirih hihihii...dan mereka yang ada di dalam rumah gedhek pun ikut takut.
"Mak...ana gendruwo," kata seorang anak dari dalam rumah tetangga kita. Dan aku pun semakin terkekeh.
Malam itu makin gelap. Hanya kerlipnya kunang-kunang yang menyertai dan menerangi kita yang bergurau riang bersama buah kasih dalam kandunganmu.
Kini semua telah musnah dan hanya menyisakan sebuah kenangan yang menyertai diriku dalam penantian panjang untuk menemui dirimu kelak.
Di sini aku masih duduk sendiri menyepi di antara kebun dan reruntuhan rumah kita yang menjadi tugu kenangan banjir bandang itu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI