Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Bisnis Ubi Jalar yang Menantang dan Menjanjikan

3 Juni 2020   13:12 Diperbarui: 4 Juni 2020   08:11 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini sebenarnya sudah siap posting sekitar 4 tahun lalu, hanya saja menunggu waktu yang tepat di mana banyak penulis pertanian berbagi pengalaman. Kebetulan selama beberapa hari ini tulisan pertanian sedikit mendapat perhatian para penulis dan pembaca serta ada tulisan Mas Zahwan Zaki dengan judul "Bisakah Kaya dari Berkebun Ubi Jalar?" Sebuah tulisan yang berusaha mengangkat dan menantang para petani untuk menanam ubi jalar.

Dalam tulisan tersebut, Mas Zahwan Zaki sudah cukup detail membeberkan bagaimana cara dan perhitungan bertani atau bercocoktanam ubi jalar. Maka tulisan tanggapan saya sebagai pelengkap atau menambahi sedikit bahwa bertani ubi jalar sangat menguntungkan sekali pun selama ini banyak berpendapat bahwa ubi jalar hanya digunakan sebagai bahan makanan atau cemilan tradisional yang mulai ditinggalkan.

Seperti tela goreng dan pilus atau semacam gethuk yang terbuat dari ubi jalar serta keripik tela. Serta ada juga yang menggunakan ketela  rambat atau ubi jalar sebagai pakan ternak utamanya babi. Apalagi harganya cukup rendah hanya sekitar Rp 3.500-4.000 perkg.

Ditambah lagi pada tahun 2018 berdasarkan catatan BPS produksi ubi jalar mengalami surplus. Sehingga orang sedikit melirik akan komoditas ini kuatir tidak laku. Namun sebenarnya permintaan ekspor juga mengalami kenaikan.

Hanya saja data dari Kementerian Pertanian dan BPS tiga tahun terakhir sulit didapat, namun saya yakin berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis yang pernah menjadi pengepul bahwa menanam ubi jalar masih merupakan tantangan yang menarik dan menjanjikan. Pengalaman penulis sebagai pengepul ubi jalar ini dikirim ke pedagang besar di Semarang untuk sebuah pabrik. Entah produsen pati termodifikasi atau pabrik saus dan sambel yang terkenal itu.

Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Berdasarkan  sumber ini ternyata kebutuhan pati termodifikasi dan pengental nabati yang terbuat dari ubi jalar antara kebutuhan dan produksi masih cukup timpang. Artinya pengolahan ubi jalar menjadi pati termodifikasi belum memenuhi kebutuhan dalam negeri karena selama ini produksi pati masih bersifat industri kecil atau industri rumah tangga. Jika produksi bisa ditingkatkan secara modern tentu ubi jalar tak perlu diekspor untuk diolah menjadi pati termodifikasi lalu diimpor lagi ke negeri kita untuk bahan tambahan pembuatan saus, sambel, permen, dan makanan lainnya.

Semoga tertarik bercocoktanam dan bisnis ubi jalar dan bisa kaya atau paling tidak hidup sejahtera.

Dokpri
Dokpri
[Sumber]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun