Dalam 20 tahun terakhir, salah satu dampak globalisasi adalah perubahan selera lidah kebanyakan orang akan buah import. Setiap tahun buah import, terutama dari China, selalu mengalami kenaikan yang tak terelakkan.Â
Pada awalnya pembukaan kran import buah manca negara menjadi perdebatan di tengah lesunya penjualan buah lokal yang kurang memenuhi selera dari segi rasa, bentuk, dan warna untuk memenuhi kebutuhan ekspatriat dan konsumsi pariwisata dan perhotelan akhirnya disetujui pula dengan jumlah terbatas. Kenyataan buah import kini juga menguasai lebih dari 30% di tingkat pasar tradisional yang membuat buah lokal menjadi tersisih.
![Foto: Dokumen Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/04/27/3-5ea64719d541df402c1fbfe2.jpg?t=o&v=770)
![Foto: Dokumen Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/04/27/2-5ea6473ad541df530d5d49d2.jpg?t=o&v=770)
![Foto: Dokumen Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/04/27/4-5ea648bb097f36111f3683d2.jpg?t=o&v=770)
![Petik sebelum didahului kampret. Foto: Dokumen Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/04/27/10-5ea648d0097f36716442dec3.jpg?t=o&v=770)
![Tak perlu malu menyajikan buah lokal. Foto: Dokumen Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/04/27/17-5ea648c3d541df2f2a2a38e2.jpg?t=o&v=770)
![Sumber: akun IG @kementan](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/04/27/img-20200427-075223-5ea649afd541df015c243512.jpg?t=o&v=770)
Ini merupakan keputusan yang tepat sebab di sisi lain bukan sekedar untuk mengembalikan kita pada selera awal yang lebih banyak mengkonsumsi buah-buah lokal tetapi juga memberi peluang kepada petani buah lokal dan pedagang kecil yang banyak menjual buah lokal untuk meningkatkan pendapatan.
![Sumber: Kompas.Com](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/04/27/screenshot-2020-04-27-08-54-12-34-5ea64aff097f36301f1be752.jpg?t=o&v=770)
![Foto: Dokumen Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/04/27/6-5ea64904097f36304e5d5c62.jpg?t=o&v=770)
![Nah, didahului kelelawar. Foto: Dokumen Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/04/27/7-5ea647a2d541df59f227b793.jpg?t=o&v=770)
![Foto: Dokumen Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/04/27/9-5ea647d1d541df78db5393b2.jpg?t=o&v=770)
![Duwet putih. Foto: Dokumen Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/04/27/13-5ea647e6d541df050b212cc2.jpg?t=o&v=770)
![Foto: Dokumen Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/04/27/11-5ea6497b097f3642ce17fb02.jpg?t=o&v=770)
Selamat menikmati buah lokal yang murah dan tak kalah kandungan nutrisinya dari buah import.
![Manggis, langsep, dan jeruk diberi tetangga. Dokpri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/04/27/0-5ea64ceed541df4dfe3e7ea2.jpg?t=o&v=770)
![Foto: Dokumen Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/04/27/gaya-desa-21-5ea64a73097f3611c5576872.jpg?t=o&v=770)
Buah-buah di atas hasil pengelolaan kebun sendiri yang hanya seluas 15 x 25m di belakang rumah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI