Paskah, sebagai hari raya paling agung bagi umat kristiani senantiasa dinantikan kedatangannya. Persiapan rohani mulai puasa dan pantang setiap rabu dan jumat selama 5 pekan, matiraga, dan rekoleksi pribadi maupun kelompok selalu diikuti sebagai refleksi diri dan tanda pertobatan menyambut karya penebusan dosa manusia oleh Sang Juru Selamat, Yesus Kristus yang banyak dikenal sebagai Isa Almasih.
Menghadiri, mengikuti, menyambut, dan merayakan sakramen maha kudus adalah panggilan yang tak mungkin ditinggalkan untuk lebih menyatukan diri dan jiwa bersama Tuhan yang tak mungkin menjauhi kita selain karena keegoisan dosa yang membangung sebuah jarak bagi Sang Penebus.
Namun, apalah daya ketika alam menyeimbangkan diri dengan seluruh kehidupan di dalamnya dimana manusia harus mengurung diri sejenak untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 yang mmenghantam manusia tanpa pandang bulu dan menjadi pandemi dunia.
Tetap di rumah, kerja dari rumah, belajar di rumah, beribadat di rumah, jaga jarak, jaga fisik, hindari kerumunan, dan makan bergizi, serta berjemur kini menjadi suatu keharusan yang tak boleh diabaikan.
Kegundahan dan kegelisahan pun merebak karena suasana yang berbeda namun  tak mungkin dihindari. Termasuk bagi umat kristiani yang mulai Minggu, 5 April 2020 memasuki pekan suci dengan hari raya Minggu Palma sebagai kenangan akan kemeriahan warga Yerusalem yang melambaikan daun palem  menyambut Yesus sebagai raja.
Hari raya Minggu Palma selalu dirayakan penuh suka cita sekali pun ini merupakan awal titik balik kehidupan Yesus yang pada akhirnya harus menderita sengsara demi penebusan dosa dengan kematian disalib.
Pada Minggu Palma bukan hanya rasa sukacita yang dirasakan seluruh umat Kristiani tetapi juga rasa sedih dalam merenungkan sengsara Yesus Kristus.
Kini kesedihan itu semakin menyayat hati kala umat hanya bisa mengikuti dari rumah dengan live streaming yang diadakan oleh masing-masing gereja lewat kerja sama dengan stasiun televisi nasional maupun lokal, termasuk TVRI.