Lauk Daun Sungguh Nikmat dan Menyehatkan

Ketika hampir semua orang sedang dalam kekuatiran akan serangan Covid-19 yang bisa saja nantinya ada keputusan lockdown, saya terkekeh dengan komen seorang Kompasianer Lawas yakni Mas Teguh Hariawan yang jago menulis tentang sejarah peradaban Nusantara masa kerajaan, pada tulisan saya kemarin tentang perlunya sawah dan ladang di-lockdown akibat adanya pencurian hasil ladang dan sawah. Bagaimana tidak terkekeh istilah lockdown yang mengerikan diplesetkan dengan istilah 'lauk daun' yang menyehatkan.

Dokpri

Jagung pipil. Dokpri

Beras jagung. Dokpri

Jagung empog. Dokpri

Dokpri

Kuatir serangan Covid-19 boleh tapi takut jangan. Ikuti seluruh protokol pemerintah tentang menghadapi Covid-19 maka kita bisa menangkal. Jangan lupa makan sehat dengan gizi seimbang. Tak perlu mewah. Hiduplah sederhana kala sedang dalam keadaan prihatin. Gizi seimbang tak perlu harus ada daging kalau toh tidak ada dan sulit didapat. Entah karena memang harganya tak terjangkau oleh kemampuan daya beli kita atau (semoga tidak) berkurangnya pasokan.

Sayur jumbul dianggap gulma tapi enak. Dokpri

Dokpri

Dokpri

Dokpri

Dokpri

Tirulah gaya masyarakat desa yang lebih banyak mengkonsumsi sayur dan buah-buah sekali pun mereka bukan vegeratarian. Penulis bersama keluarga termasuk salah satu penggila sayuran dan buah lokal. Toh badan penulis boleh dikatakan selalu sehat wal afiat bagas waras. Seperti orang desa yang badannya kiyeng-kiyeng artinya pada berotot.

Ada satu contoh seorang Kompasianer lawas yakni Mas Bain Saptaman seorang guru di Bantul yang kalau pergi mengajar dan jalan ke Jogja selalu mancal onthelnya toh badannya kekar dan sehat walafiat padahal Beliau juga seorang vegetarian.

Jadi tak perlu kuatir jika nanti ada keputusan lockdown (tapi semoga tidak) sebab badan kita tetap sehat karena makan dan lauk daun. Tentu saja ditambah dengan buah-buahan. Selamat menikmati!

Dokpri

Nikmat lho... Dokpri

Dokpri

Asyiiiik... lauk daun di luar. Dokpri