Mencegah penyebaran Covid-19 dengan melakukan apa yang dianjurkan pemerintah dengan "Tetap di Rumah", "Bekerja di Rumah", dan "Jaga Jarak" adalah suatu yang bijaksana, bukan karena bermanfaat bagi dirinya sendiri dan keluarganya, tetapi juga bagi seluruh masyarakat.
Langkah-langkah seperti memakai masker, mencuci tangan dengan hand sanitizer, dan memakai alat pelindung diri seperti jadi keharusan setiap orang dan instansi.
Imbauan-imbauan soal pemutusan sebaran virus pun sudah gencar dilakukan pemerintah melalui media massa elektronik dan cetak serta media sosial. Tapi apakah sudah sampai pada masyarakat bawah dengan tepat?
Kenyataan sehari-hari masih saja ada orang yang melakukan suatu kegiatan yang tak mungkin bisa ditinggalkan. Misalnya pedagang keliling, sopir ojol, dan pengantar paket yang nafkahnya amat tergantung di jalanan.
Para petani termasuk orang yang tetap harus ke sawah dan ladang untuk memanen hasil tanam mereka. Ada yang memakai masker dan banyak pula yang tidak. Kalau mereka tidak memakai bukanlah mereka apatis atau merasa sakti dan kebal penyakit serta menyerahkan diri pada Tuhan semata.
Ada dua alasan mereka tidak memakai masker dan alat pelindung diri. Pertama, tak mengetahui sedemikian fatal bila terserang Covid-19, dan kedua, tak tahu bagaimana mendapatkannya.
Saya sendiri pun ketika berhadapan dengan mereka selama seminggu ini, seperti yang saya tulis di Kompasiana pada 3 tulisan terakhir, tak mengampanyekan harus memakai masker apalagi menggunakan alat pelindung diri.
Alasannya mereka tidak bekerja dalam kelompok atau berdekatan. Jika berdekatan pun mereka adalah satu keluarga yang dipercaya tidak terpapar gejala Covid-19.
Namun demikian saya tetap merasa amat khawatir pada akhirnya mereka juga akan terpapar mengingat mereka selama di sawah tidak mempunyai akses untuk mendapatkan air bersih dan sehat.
Terkait pencegahan penyebaran Covid-19, baru dikampanyekan oleh Kementerian Pertanian lewat IG soal alat pelindung diri bagi tenaga penyuluh dan petani pada Senin, 23 Maret 2020. Hal tersebut rasanya cukup terlambat.