Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tak Ada Lagi Teratai di Jaipur

5 Maret 2020   20:07 Diperbarui: 5 Maret 2020   20:44 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Entah seberapa jauh lagi lorong-lorong pengap dan menyengatnya keringat di antara kerumunan ini akan kulalui hari ini. Sejauh kaki melangkah tak pernah kutahu di mana dan ke mana engkau mengelak dari hadapanku yang terperangkap penyesalan tak berujung kala harus mencintaimu.

Sepatu butut dan kaos lusuh hanyalah samaranku untuk menemukanmu di antara sesaknya jalanan tanpa setapak pun menyisakan untuk mereka yang menyusuri kota indah tanpa bunga selain sengatan mentari yang membakar kering tanah yang merana.

Kucoba bertanya dengan telunjuk jari pada mereka yang duduk menunggu pembeli atau mereka yang berdiri sepi dalam kerumunan tanpa arti selain menunggu hari akan berlalu berganti malam penuh bintang yang hanya memberi impian daripada kenyataan.

Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Senja di Jaipur kini menjelang bersama lunglainya diriku yang mengiringi mentari menuju peraduan di pucuk bukit yang kokoh tegar berdiri angkuh di atas wajah-wajah tanpa harapan yang tak tahu lagi arti bahagia dan derita.

Di gerbang kota masih kususuri walau senja segera berganti malam dan dingin mulai merambat pelan menyapa setiap raga pinggiran tanpa wisma. Kutatap lagi kamar hotel tempat kumenatap merayap padatnya jalan yang kubayangkan kau di sana menungguku sambil membawa bunga cinta kita.

Jaipur, adakah setangkai teratai mekar di sini bersama Agni, wanita yang membawa terbang ke sini?

Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun