Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Malam Jumat Legi di Stasiun Gombong 1964

5 Maret 2020   11:32 Diperbarui: 5 Maret 2020   13:14 1552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Culi....culi...culi....culi...bunyinya. Aku pun teringat cerita Nyai Munah nenek buyutku, jika ada burung bence berbunyi itu pertanda jika ada hantu pocong datang untuk meminta bantuan melepas tali pocong yang belum atau lupa dibuka saat dimakamkan. Berhubung si pocong tak bisa lagi berbicara atau berkomunikasi dengan manusia makanya arwahnya masuk ke raga burung bence yang berbunyi: culi...culi...culi...culi... Artinya: lepaskan...lepaskan...lepaskan....(tali pocongnya).

Saya sih tidak takut hanya sedikit kuatir siapa tahu memang ada hantu pocong lewat dan mendekati diriku minta tolong dilepaskan tali pocongnya. Rerimbunan kebun di selatan stasiun atau di depanku kuamati barangkali hantu pocongnya kelihatan. Saat mata ini sedang jelalatan melihat suasana tiba-tiba terdengar suara: kriyeeeeeeet..... Saya pun langsung merinding, menutup mata, dan duduk mendekap lutut. Angin mulai reda. Namun dinginnya malam dan suasana yang mencekam membuatku sulit tidur.

Betapa leganya burung bence terdengar berkicau terbang menjauh, mungkin si hantu pocong tak mau menggangguku dan minta tolong orang desa. Kuangkat kepala dan tampak gerimis sudah reda. Hanya angin sepoi masih membuat daun-daun pisang bergoyang tampak seperti penari tayub sedang berjoged kala malam hari.

Saat mata sedang memandang dedaunan pisang yang sedang berjoged terdengar suara berderit lagi: kriyeeeeeett..... Aku pun kembali merinding dan mendekap lutut. Tiba-tiba saja terasa tengkukku dijamah tangan yang amat dingin.

"Wuaaaaaaa....," teriakku sangat keras karena kaget dan takut.

"Huss! Ada apa sih?"

Mendengar suara yang tak asing lagi, lalu kuangkat kepala dan ternyata memang bapakku yang barusan datang dari mencari dokar lalu ke kamar mandi. Tangannya yang masih basah lalu menyentuh tengkukku untuk mengetahui aku berjaga atau tidur.

Dokpri
Dokpri
* Berdasarkan kisah pengalaman penulis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun