Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Surat Sakti Rekrutmen Tenaga Kerja, Masih Dipakai?

3 Januari 2020   19:02 Diperbarui: 3 Januari 2020   19:04 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kenaikan jabatan atau saat seseorang menduduki jabatan sebagai pengambil keputusan bukanlah hal yang salah untuk dibanggakan karena memang sebuah prestasi yang dicitakan. Namun apakah hal itu pantas ditunjukkan kepada orang lain bahwa ia mempunyai kekuasaan sebagai pengambil keputusan yang bisa mempengaruhi seseorang?.

Beberapa hari setelah melakukan efisiensi tenaga kerja dengan merumahkan beberapa tenaga kerja yang tidak produktif, seseorang datang menemui saya menyampaikan surat lamaran. Karena ini tugas bagian personalia atau PSDM (Pengembangan Sumber Daya Manusia) bahasa kerennya HRD (Human Resoucrh Development) saya pun menganjurkan untuk disampaikan kepada bagian tersebut atau kepala kantor. Dari wajahnya, tampak sedikit kekecewaan sebelum menemui bagian HRD. Tak lebih dari 10 menit, ia datang kembali dengan membawa 'nota sakti' yang isinya mohon dicarikan posisi yang pantas bagi pelamar ini. 

Akhirnya surat lamaran saya terima namun saya berikan juga kepada kepala kantor untuk diseleksi seperti biasanya oleh PSDM dengan sebuah catatan 'belum membutuhkan tenaga kerja baru' Satu hal yang mengejutkan, ternyata kepala kantor juga berbuat yang sama dengan menitip seorang pelamar untuk dicarikan posisi yang pas. Sesuai dengan referensi, kedua pelamar ini sama-sama seorang ahli listrik arus kuat yang sudah kami miliki.

Rupanya, bagian PSDM dan kepala kantor ini memang kepala batu dan orang Jawa bilang 'ora duwe udel' yang artinya tak punya rasa malu dengan terus merayu mencarikan posisi walau tidak sesuai dengan ketrampilannya. Terpenting terus diberi pekerjaan sebagai latihan dan kelak bisa mengganti kedudukan yang lain kelak ada yang purna tugas. 

Karena berdasarkan catatan dalam 4 dan 5 tahun ke depan akan ada yang purna tugas. Di sini, saya bisa menyimpulkan dipaksa untuk menerima tenaga kerja atau karyawan baru yang belum dibutuhkan karena sebenarnya calon pengganti yang akan purna tugas sudah disiapkan dengan memberi seorang pembantu bagi setiap karyawan yang ahli.

Akhirnya, dengan bantuan seorang konsultan saat  test psikologi diketahui bahwa dua pelamar ini yang satu masih ada hubungan keluarga dan satunya merupakan putra dari teman kuliahnya dulu.

Pengalaman tahun-tahun sebelumnya, beberapa kali kepala sekolah kami mendapat titipan dari temannya untuk memasukkan anaknya yang sudah selesai kuliah. Atas dasar rasa pekewuh lalu diterima dan ternyata si karyawan baru ini cukup bebal kalau diberi tugas dan pada akhirnya lebih pekewuh lagi untuk tidak memakainya lagi atau menpersonanongratakan.

Jabatan bukanlah sesuatu yang harus dibanggakan karena kekuasaan yang melekat padanya lalu ditunjukkan pada orang lain sebagai prestasi yang luar biasa. Sehingga orang lain tertarik akan kedudukan kita lalu mengharap bantuan untuk bisa bekerja di tempat kita.
Jabatan merupakan tugas yang harus diemban untuk mengembangkan institusi di mana kita berkarya tanpa adanya kolusi, korupsi, dan nepotisme.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun