Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Bernyanyi dan Menarilah di Samudra Kehidupan

1 Januari 2020   08:39 Diperbarui: 1 Januari 2020   08:59 621
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kala kita tinggalkan dermaga awal kehidupan hanya alunan irama sepoi angin yang mengajak tepian laut bernyanyi bersama riak yang tak henti mengiringi langkah kita untuk mengarungi samudra kehidupan.

Hijaunya gugusan pulau indah tempat kita habiskan waktu belajar bersama alam dan keluarga hanya memandang kita dengan lambaian dahan-dahan hutan dan genderang gelombang yang menabuh perbukitan cadas ucapakan selamat jalan pada kita.

Laut yang tenang menuntun kita melewati lorong sempit di antara himpitan pulau-pulau yang selalu di sisi kita saat kita masih berada di dalam cita-cita untuk melanglang buana entah ke mana kelak.

Awan putih pun tampak di depan kita tuk menemani setiap rengkuh dayung menuju hamparan samudra yang sebentar lagi akan kita jalani.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Akankah awan putih hanya sekedar menyapa lalu pergi dan langit biru menemani kita di laut yang tenang tanpa gelombang? Lalu berganti angin sakal dari buritan yang tak terduga mulai menggerakkan sampan di tengah gelombang yang mulai membawa kita menuju bencana kala kita lengah.

Ingin kita selalu menari dan bernyanyi  dalam kegembiraan dan kebahagiaan di tengah samudra kehidupan ini. Tapi bukankah alam yang mengajak angin dan gelombang juga ingin menari dan bernyanyi bersama kita? Maka biarlah mereka menari dan bernyanyi di depan kita yang selalu menginginkan ketenangan. Biarlah mereka mengajak kita bergoyang. Nikmatilah. Kelak mereka akan bosan dan bentangan laut kembali tenang dan menidurkan kita di perjalanan nan indah ini.

Lalu kita bangun untuk bernyanyi dan menari lagi bersama angin dan gelombang silih berganti. Hingga kelak kita masuk dalam dekapan senja bersama mentari yang akan istirah bersama malam.   

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun