Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Setangkai Mawar Merah Liar

25 Desember 2019   22:41 Diperbarui: 4 Januari 2020   11:07 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisakah kau menaklukkan diriku, itu katamu sambil tersenyum seakan menantangku. Aku pun cuma tersenyum tak berkutik. Tapi tantanganmu kau berikan saat ku tak mungkin menarik busur dan melepaskan anak panah dengan tanduk bercabangmu yang telah menghujam tubuhku yang selangkah lagi masuk dalam jurang menganga.


Minumlah secawan anggur merah asmara ini, katamu kembali dengan tersenyum.
Aku semakin tak berdaya walau sekedar menggapai cawan di batu basah yang sekali centik dengan lentik jemarimu akan terguling di depanku yang kehausan di belantara kehidupanmu.

Aku tak akan menaklukkan dirimu. Apalagi menguasaimu. Engkau tahu itu.
Aku hanya ingin kau tak terkungkung di belantara liar. Kau tahu itu. Dan kau mau. Tapi kau ragu.
Kuingin nikmati kesendirianku. Itu pernah kau katakan padaku.
Aku hanya diam. Tapi mengapa kau menantangku membawamu ke padang rumput hijau di mana mentari selalu menemanimu sepanjang hari?
Kau hanya tersenyum, seperti sekuntum mawar merah liar dengan duri mungil yang akan menusuk jemari penggapai asmara. Walau akhirnya mawar terkulai layu dengan batang setengah patah tertarik jemari dan tiupan angin surga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun