Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Prahara Jamuan Makan di Singhasari

21 Desember 2019   15:15 Diperbarui: 21 Desember 2019   15:18 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sandya kala, Kemis Pon Wuku Landep

Sepulang mengantar Ken Umang kembali ke Sumber Awan, selesai mandi bersama di Patirtan Watu Gedhe, Ken Arok segera menuju ke Tumapel. Keceriaan yang dirasakan bersama Ken Umang mendadak sirna setelah didapati suasana keputren amat sepi tanpa sosok Ken Dedes selain para abdi dalem yang telah menyiapkan makan siang.

Para inang hanya menggelengkan kepala saat Ken Arok menanyakan keberadaan Ken Dedes. Ingin sekali Ken Arok menuju Panawijen tempat Empu Purwa, mertuanya tinggal, untuk melihat Ken Dedes mungkin sedang berada di sana untuk menenangkan diri karena merasa diduakan cintanya oleh Ken Arok.

Makan sore yang telah disiapkan para abdi dalem tak mengurangi kegelisahan Ken Arok yang termenung di depan meja makan.

"Aku tak mengerti mengapa kau tak tahu ke mana Ken Dedes dan Anusapati hari ini pergi...?" kata Ken Arok setengah bertanya pada seorang punggawanya yang selalu menjaganya saat di keraton.

Sang punggawa diam saja dengan tatapan tajam menantang Ken Arok. Tiba-tiba sang punggawa mengambil keris karya Empu Gandring yang ditaruh di dekat jendela dan berteriak:

"Bangsaat....kau Ken Arok telah membunuh bendaraku Tunggul Ametung! Rasakan pembalasan ini!"

Dan....jress keris terkutuk itu menghujam lambung dan merobek perut Ken Arok yang langsung terkapar. Kala meregang nyawa, terbayang ia pernah berjanji tak akan menduakan Ken Dedes dan ucapannya pada Ken Umang 'Semua akan jadi tanggungjawabku....'

Gegerlah keputren keraton Singhasari.

Punggawa suruhan Anusapati. Dokpri
Punggawa suruhan Anusapati. Dokpri

0 0 0 0

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun