Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pertemuan Terakhir

8 Juni 2019   21:31 Diperbarui: 8 Juni 2019   21:44 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini dua tahun lalu.
Kita mulai duduk seruang mengakhiri semua pembicaraan tak berujung setelah sekian lama saling curiga
Tanpa sepatah kata hanya tatap mata kosong kita bertegur sapa tanpa makna
Entah bagaimana kita harus memulai dan mengakhiri
Perdebatan selalu terjadi walau tanpa perselisihan
Gelak tawa dan keluh kesah juga mewarnai kita berdua dalam perjalanan pengabdian yang sering terabaikan
Entahlah kita sendiri tak tahu harus berkata dan berbuat apalagi. Namun semua harus dilalui hingga akhir tugas yang sudah menanti
Aku hanya bisa merenung tanpa bisa berbuat sesuatu untukmu, selain aku harus pergi
Kuharap semua akan berakhir tanpa dendam dan saling curiga
Terbersit rasa sesal di nanar matamu yang tampak redup dan sekali-kali terucap penyesalan mengapa semua harus terjadi
Inginmu semua segera berakhir indah namun kehendak lain bicara dan kau ingin pergi pula
Enam minggu sudah kita tak berbicara selain kau berkisah ingin pergi
Enam minggu pula aku pulang ke desa. Menyusuri lembah dan sungai sekedar mencari ketenangan diri melupakan semua yang terjadi.

Dokpri.
Dokpri.
Hari ini,

kala kududuk di tepi telaga bawah bukit itu kulihat dua anak begitu ceria dalam canda tawa dengan sepedanya. Kubayangkan andai kita seperti mereka senantiasa di kelilingi bukit hijau dan dinaungi langit biru.
Namun hanya suara petir menyambarku kala mendengar kabar kau telah tiada.
Tak terucap kata selain sesak di dada dan bisikan lembut untukmu
"Maafkanlah mereka sebab mereka tak tahu apa yang mereka perbuat...."
Dan maafkan aku pergi meninggalkanmu dan membiarkanmu berjuang sendiri.
Selamat jalan saudaraku, kita berpisah dalam dunia berbeda
Aku tahu kau tersenyum bahagia di sana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun