Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi | Biarlah Anggrek Bulan Ini Layu

14 Mei 2019   21:07 Diperbarui: 15 Mei 2019   17:19 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku hanya diam saat kau bertanya
mengapa bunga ini kan kuberikan padanya
padahal kau begitu terpesona dengan warnanya.
Kau pun semakin terus menatap
dan ingin memetiknya walau aku tak memedulikan
senyum manismu yang menggoda. 

Kala kuraih tanganmu tuk berjalan
menuju dangau kau memaksa memetiknya dan
tak lama bunga itu layu
walau kabut masih menyelimuti kita.

Aku cuma tersenyum saat tetes air mata
beriringan dengan air gerimis
yang turun di pelupukmu.

Gerimis semakin deras dalam
dinginnya lembah. Dan terus menetes
berbaur dengan gerimis air mata di pipi.

Tak ada lagi kehangatan dalam diri
kita sekalipun sepelana kuda menyusuri
tepian telaga kembali ke rumah.

Kau kembali diam terkatup saat kutunjukkan
setangkai anggrek bulan putih
menjelang layu
karena kepergianmu. 

Tak mungkin anggrek ini akan segar
kembali seperti wajahmu yang lelah
mengejar murai di ngarai.
Petiklah anggrek ini. 

Aku sudah menanam dahlia.

Dokpri
Dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun