Rabu, 27 Maret 2019
Sesuai dengan kesepakatan bersama Mbah Ukik & Lilik Sinden, Mas Rahab Ganendra, Mbak Tamita Wibisono, dan Mbak Aridha Prasetya pada Rabu, 27 Maret 2019 jam 10.30 berkumpul di stasiun Kota Baru Malang untuk mengawali jelajah wilayah Tengger dan sekitarnya selama 3 hari.
Setelah bertemu & berkenalan serta berbincang sejenak pada jam 11 tepat kami langsung menuju Desa berangkat. Jam 11.15 istirahat sejenak sambil menikmati nasi tempong di warung pinggir sawah yang sedang panen sawi.
Jam 12 kurang sedikit kami langsung meluncur ke Desa Kemulan untuk menaruh bekal dan berganti kendaraan. Bila tadi naik sedan jadul kini naik jeep Toyota Hardtop menuju Desa Ngadas dan melewati jalur tikungan pertama Coban Pelangi yang tiga sebelumnya longsor karena derasnya hujan.
Selesai melihat ritual, penulis sedikit memaksa 3 K'er untuk berjalan kaki menyusuri jalanan naik turun di atas punggung bukit sejauh 1 km untuk mengenal Desa Ngadas. Karena saat itu sedang ada persiapan pengukuhan panitia KPPS, maka bincang-bincang dengan tokoh dan aparat Desa Ngadas batal.
Dengan sedikit terengah, kami kembali ke Vihara Paramita berjalan kaki. Selanjutnya meluncur ke Jemplang untuk melihat kaldera, Bromo, dan Semeru. Namun cuaca kurang mendukung. Hanya kabut dan bentangan kaldera yang kelabu dan semburan Bromo yang tampak. Sebagai hiburan maka kami hanya bisa menikmati bakso dan kentang Ngadas yang bikin heboh 3 K'er.
Jam 4 sore kami kembali ke Desa Kemulan dan langsung menuju Padepokan Seni Mangun Darmo tempat kami menginap. Padepokan yang merupakan rumah kayu berlantai dua dengan aneka pernak-pernik perlengkapan seni tari yang dilengkapi seperangkat gamelan, ini sengaja penulis pilih untuk memberi suasana berbeda yang dirasa tak mungkin pernah dialami 3 K'er ini.Â
Di sini penulis dan pasangan sedikit bernostalgia, sedang 3 K'er lain menikmati dengan cara sendiri. Yang jelas Mas Rahab jeprat-jepret.
Jalan, hutan, dan suasana menjadi begitu kelabu apalagi hembusan angin masih cukup deras serta gerimis mulai turun sehingga kami tak bisa berbuat apa-apa selain menikmati bakso Cemoro Lawang dan secangkir kopi dan wedang jae peprek sebagai penahan dingin.