Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Mendung di Langit Desa Ngadas, Malang

22 Maret 2019   21:31 Diperbarui: 22 Maret 2019   21:37 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Desa Ngadas diselimuti mendung. Dokpri

Cuaca pada minggu-minggu ini, di wilayah sebagian besar negeri kita berdasarkan pantauan dan prakiraan BMKG masih sering hujan. Bahkan kadang badai. Termasuk di Desa Ngadas Malang. Mendung masih sering menyelimuti sepanjang hari. Kalau toh ada sinar sang bagaskara tak pernah lebih dari dua jam. Lalu mendung lagi. Terang lagi..., dan seterusnya.

Mendung kali ini, bukan hanya pada cuaca. Tetapi juga pada perekonomian masyarakat. Fluktuasi harga komoditas hasil pertanian terutama kobis dan kentang sangat sulit diduga. Seminggu yang lalu harga kobis jatuh hingga titik terendah, yakni 325 rupiah per kg. 

Herannya hari ini sudah naik lagi dengan harga 1000 per kg. Padahal kobis yang telah dipanen harus segera dijual, sebab kalau tidak akan terjadi penurunan berat akibat pembusukan alami karena cuaca. Maka petani  yang panen 10 hingga 7 hari yang lalu diliputi mendung.

Ladang kentang yang subur. Dokpri
Ladang kentang yang subur. Dokpri
Kabut dan mendung. Dokpri
Kabut dan mendung. Dokpri
Jalan kaki menyusuri tepi hutan. Dokpri
Jalan kaki menyusuri tepi hutan. Dokpri
Sedang harga kentang pada pagi tadi sangat mengejutkan, yakni 3000 rupiah per kg. Titik terendah tahun ini. Bagaimana besok atau seminggu lagi? Mungkin akan naik antara 300 hingga 700 rupiah per kg. Bisa jadi dan semoga bisa naik seribu rupiah per kg. Tergantung permintaan. Pasar menentukan. Namun masih mending karena kentang masih bisa disimpan selama 1 bulan. 

Tapi saat ini sedang panen raya. Tentu persediaan amat melimpah maka kenaikan merangkak pelan seperti kali ini ketika saya meninggalkan desa berjalan kaki sejauh 11 km menyusuri macadam dan setapak di pinggiran hutan dan perbukitan wilayah Tengger sebelah barat daya.

Biarlah mendung menyelimuti desa. Biarlah mendung fluktuasi harga masih menggelayut. Jalani dan nikmati saja. Biarlah gerimis dan rintik hujan membasahi bumi dan tubuh ini. Namun hati dan jiwa ini tetap segar dan bugar. Tak pernah kedinginan hingga beku.

Dokpri
Dokpri
Bukan uji nyali. Dokpri
Bukan uji nyali. Dokpri
Bunga adas di bentangan kaldera masih mekar memperindah suasana dan menebarkan wangi lembut yang membuai.

Hingga jam 4 sore gerimis masih membasahi bumi namun hatiku tetap hangat karena selalu bersyukur pada Sang Murbaning Dumadi Gusti Allah kang Akarya Jagad. Allah yang maha kuasa.

Tak lupa kami ke punden berdoa bagi para leluhur yang telah bahagia di swarga loka.

Panen kentang. Dokpri
Panen kentang. Dokpri
Bunga adasan atau adas pulowaras. Dokpri
Bunga adasan atau adas pulowaras. Dokpri
Seorang kerabat nyekar di punden Jemplang. Dokpri
Seorang kerabat nyekar di punden Jemplang. Dokpri
*Jumat Legi, 22 Maret 2019  Desa Ngadas

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun