Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Jalan Sunyi Menuju Heningnya Kehidupan

7 Maret 2019   09:50 Diperbarui: 7 Maret 2019   10:43 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mendung masih hmenyelimuti bumi sembunyikan matahari di balik awan
Rintik hujan pun masih menemani setiap langkahku menuju keheningan hati
Namun gelora jiwa masih bergemuruh di dada walau kulangkahkan kaki dalam sendiri
Tanpa kamu tanpa dia tanpa mereka sebab kita pergi ke dalam lubuk sanubari dalam semedi
Kupandang jauh di relung sana masih ada suluh temaram yang akan menuntun kita di jalan antara kegelapan duniawi yang menyilaukan mata yang kian redup
Kaki terus kulangkahkan tanpa berlari sebab suluh itu akan  semakin sulit kujangkau. Bukan pergi meninggalkanku tapi langkahku semakin mundur karena hanya keramaian nama yang ingin kuraih dalam kesunyian yang membawa keriuhan hati dan jiwa

Gemuruh yang menggelora. Dokpri
Gemuruh yang menggelora. Dokpri
Gelegar guntur, gemuruh perut Bromo, dan nyanyian ilalang terus menemani menuju keheningan di ujung tengah hari. Kaki terus melangkah tanpa lelah dan kejenuhan yang nanti kan berhenti di ujung tangga menuju nirwana. Di sana kita kan bertemu dalam ruang tanpa batas dalam stupa keheningan di puncak kebahagiaan kasunyatan

Menuju keheningan. Dokpri
Menuju keheningan. Dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun