Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Celoteh Riang Anak-anak Petani di Tengah Hutan Jati, Dusun Jatiningrum

12 November 2018   10:43 Diperbarui: 12 November 2018   16:15 642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bermain dan belajar di tengah hutan jati bersama ibunya. Dokpri

Mendengar kicauan burung, nyanyian belalang, dan serangga di tengah hutan jati di siang hari adalah hal yang lumrah. Kadang terdengar suara teriakan kera diiringi tetabuhan dahan dan ranting kering yang bergoyang karena lompatan kera dan yang bergesekan karena tertiup angin. 

Namun mendengar celoteh riang anak-anak yang sedang bermain adalah hal yang boleh dikatakan luar biasa.

Penasaran dengan suara riang anak-anak tersebut, penulis yang sedang menjelajah hutan di jati di wilayah Dusun Jatiningrum, Purwoharjo, Banyuwangi terus berjalan ke tengah hutan mencari sumber suara ceria anak-anak. 

Setelah merangsek sekitar 1km, ternyata memang ada dua anak yang sedang bermain di tengah hutan menemani ibu dan neneknya yang sedang menanam padi.

Sebut saja namanya Bu Warti dan Mbah Parti warga Dusun Jatiningrum, yang mendapat ijin mengelola sekitar setengah hektar tanah di sela-sela hutan jati untuk ditanami padi atau jagung. Sebagai seorang buruh (tani) dengan pekerjaan dan penghasilan tak menentu, mendapat ijin adalah suatu kebahagiaan tersendiri.

Perjuangan. Dokpri
Perjuangan. Dokpri
10-5be8f58512ae94219e002504.jpg
10-5be8f58512ae94219e002504.jpg
Suaminya, sebut saja Pak Warsidi kadang bekerja sebagai kuli bangunan, pemotong kayu, pemetik buah naga dan jeruk, atau apa saja mendapat upah sebesar antara 75ribu atau paling banyak 100ribu setiap hari adalah luar biasa.

Jumat, 9 November 2018, Pak Warsidi mendapat borongan untuk mengangkut kapur menuju kota. Bu Warti dan Mbah Parti harus bekerja sendirian menanam padi gaga ( jenis padi yang dapat ditanam di ladang tanpa perlu air banyak ) di ladang, tengah hutan. Kebetulan, sekolah pulang pagi maka mereka mengajak putra putrinya yang masih duduk di kelas Tk dan 1 SD.  

Mengajak dua anaknya bekerja di tengah hutan adalah yang terbaik bagi mereka daripada meninggalkan dan bermain di rumah sendirian. Selalu dekat dengan orangtua dan alam akan mendidik mereka merasakan bagaimana harus bertahan dan memperjuangkan hidup. Sekolah memang keharusan tetapi pada saat tertentu harus juga selalu dekat dengan alam.

Mendung menggelayut di atas hutan jati namun cuaca menunjukkan angka 33 derajat Celcius. Cukup gerah namun semilirnya angin dan dedaunan jati cukup meneduhkan suasana. 

Hujan sepertinya akan turun, seperti 3 hari lalu hujan turun dengan lebat. Membuat tanah di tengah hutan jati menjadi gembur untuk dibajak secara manual dengan tangan dan tenaga sendiri. Tidak seperti membajak di sawah menggunakan tenaga sapi atau kerbau.

Belajar di alam. Dokpri
Belajar di alam. Dokpri
Belajar bersama. Dokpri
Belajar bersama. Dokpri
Dua hari yang lalu, mereka telah membersihkan ladangnya dari ranting dan dedaunan jati yang rontok karena musim kemarau. Kini mereka selesai membajak dan menanam sekitar sepertiga luas ladangnya. 

Tiga hari lagi akan selesai. Dan kelak, tiga bulan lagi akan memanen. Tak terlalu banyak. Hanya sekitar 10 atau 15 kuintal gabah kering yang dapat menjadi beras 3 atau 5 kuintal beras.

Seperti halnya menanam padi di sawah yang menjadi hama adalah burung pipit dan manyar. Maka musuh utama menanam padi gaga adalah burung tekukur dan perkutut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun