Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah tentang Arjuno dan Buta Cakil

30 September 2018   14:52 Diperbarui: 1 Oktober 2018   10:01 756
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perang Kembang antara Raden Arjuno dan Buta Cakil

Dalam kisah carangan pewayangan atau cerita di luar pakem kisah sebenarnya, ada kisah perang kembang atau pertarungan antara Raden Arjuno (Janaka) dengan Buta Cakil. 

Disebut perang kembang, karena kisah ini bukanlah kisah sesungguhnya dan tidak selalu dalang memainkannya sekalipun dalam kisah tersebut Raden Arjuno muncul. Namun, kebanyakan memainkannya, sebab di sinilah ki dalang bisa menunjukkan kebolehannya atau ketrampilannya dalam menggerakkan wayang secara luwes dan tegas dengan kolobrasi bersama wiyaga terutama panjak atau penabuh kendang.

Raden Arjuno, dalam budaya pewayangan Jawa menggambarkan seorang pria tampan dan lemah lembut serta sakti. Sehingga dalam lakon wayang wong atau wayang orang selalu diperankan oleh seorang perempuan.

Sebagai putra ke tiga dari Pandu, ia demikian patuh dan setia pada keluarganya terutama dalam mempertahankan Astina dari Kurawa yang berusaha merebut kembali. 

Keperkasaannya dalam olah kanuragan di bawah bimbingan Resi Dorna membuat Kurawa menjadi iri dan takut. Sang Arjuno sendiri menjadi gundah karena keperkasaanya harus digunakan untuk bertempur dengan saudaranya sendiri dari keluarga Barata. 

Yudistira, putra sulung Pandu sebagai seorang pemimpin terlalu flamboyant untuk bertempur. Werkudoro, putra ke dua Pandu, yang gagah perkasa memang sakti pula, namun tak mungkin ia sendirian untuk bertempur, sebab Nakula Sadewa, si kembar Pandawa bukanlah ksatria yang sakti. Sekalipun bukan berarti tidak berani ikut berjuang.

Merasa tanggungjawabnya sebagai ksatria demikian berat, Arjuno sering mengembara untuk mencari penerangan batin. Di sisi lain ketampanannya sebagai seorang pria ternyata banyak membuat para wanita tergoda.

Sri Kresna, yang tahu akan sifat Arjuno pun merelakan adiknya sendiri, yakni Dewi Wara Sembodro, untuk disandingkan dengan Arjuno. Harapannya agar Arjuno bisa menjalankan taktik Sri Kresna menaklukkan Kurawa.

Arjuno tetaplah Arjuno. Pria perkasa nan lemah lembut dan mudah terbawa perasaan. Kecantikan dan kehalusan Dewi Wara Sembodro tak bisa mengikat Arjuno untuk tetap diam dalam lingkungan keluarga. Arjuno masih senang mengembara sampai akhirnya bertemu dengan Srikandi. Wanita tomboy yang terlahir kembali untuk membunuh Bisma. Sang Arjuno pun takluk pada rayuan Srikandi untuk hidup bersama.

Gosip pun muncul, Arjuno bukanlah pria sejati. Arjuno adalah seorang bisek! Sebab sebenarnya Srikandi bukanlah seorang wanita tulen alias seorang wadam atau wanita adam. Pria yang berpakaian dan berperilaku seperti wanita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun