Dalam dua bulan terakhir  media massa dan media sosial cukup  ramai membicarakan dua orang profesor yang cukup kontroversi. Dikatakan kontroversi, karena keduanya belum menunjukkan prestasi yang luar biasa sesuai dengan yang diharapkan pendukungnya.
Pertama, adalah Arsene Wenger, orang Perancis yang mendapat kepercayaan menjadi pelatih Arsenal sejak 1996. A. Wenger mendapat sebutan profesor karena keberhasilannya membawa Arsenal menjadi juara EPL sebanyak 3 kali.
Ke dua, adalah Amien Rais seorang akademisi dan politikus yang menjadi salah satu tokoh reformasi. Beliau berkiprah di dunia politik praktis sejak negeri kita terperosok karena hutang dan jatuhnya rupiah akibat hantaman George Soros di akhir tahun 96.
A. W menjadi terkenal setelah membawa Arsenal sukses di pentas liga. Tetapi sejak 2004, prestasi Arsenal boleh dikatakan jalan ditempat dan hanya menjuarai kasta kelas 2. Keteguhannya untuk memakai pemain muda dan enggan membeli pemain berprestasi membuat pendukungnya mulai geram. Dan sejak lima tahun terakhir ada indikasi untuk tidak ditunjuk lagi sebagai pelatih. Namun kenyataannya tetap bertahan. Namun, di tahun ini Arsenal yang terseok di pentas liga maka desakan mundur pun mulai bergemuruh.
Anehnya, di liga Eropa, Arsenal malah dibawa A. W ke semifinal.
A. Rais menjadi terkenal setelah membawa Soeharto turun tahta. Dan, Beliau cuma menjadi ketua MPR. Prestasi selanjutnya justru malah membuat orang terkejut dengan menurunkan Gus Dur sebagai presiden dan berhasil membawa Megawati menjadi presiden. Padahal sebelumnya, lewat poros tengah menolak mentah-mentah Megawati.
Dua puluh tahun sudah, dua profesor ini malang melintang di dunianya masing-masing.
A. Wenger di dunia sepakbola dan kini membawa Arsenal menjadi semifinalis Liga Eropa tentu membuat ragu pemilik dan pendukung Arsenal untuk mendepaknya.
A. Rais di dunia politik justru membuat petinggi partai dan pendukungnya kebat-kebit dengan pernyataan-pernyataan kontroversional yang tidak produktif.
Indonesia bubar dan partai setan bukanlah pernyataan yang membawa prestasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H