Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gadis Ini Takut Ketinggian, Namun Berani Mendaki Puncak Bromo

30 Desember 2016   12:19 Diperbarui: 30 Desember 2016   12:39 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa saat yang lalu, ketika menuju puncak Gunung Bromo saya melihat sesuatu yang agak aneh. Seorang gadis berjalan pelan dan tertatih dengan kepala menunduk. Wajahnya yang tertutup kacamata dan slayer apalagi memakai topi sulit untuk diketahui ‘apa yang sebenarnya’ yang dia alami.  Saya memang cukup heran, karena dia sendirian namun dengan susah payah berjalan menuju puncak. Kukira dia sedang mual karena bau belerang yang demikian menyengat sehingga terpaksa jalan pelan sekali. Bahkan boleh dikatakan kakinnya tidak melangkah tetapi diseret. Ketika saya menawarkan diri untuk membantu, tak ada respon sama sekali. Atau saya yang tak bisa membaca jawaban di raut wajahnya yang tertutup itu. Namun dari jauh saya mengamati, bila suatu saat dia membutuhkan pertolongan.

Sejam di puncak Bromo, mata saya kembali melihat gadis tersebut sedang ‘ndoprok’ kebingungan saat mau turun. Teman atau mungkin saudarinya juga tampak bingung tak tau apa yang harus dilakukan untuk bisa menuruni tangga Puncak Bromo yang demikian curam.

Kukira mual karena bau belerang yang menyengat.
Kukira mual karena bau belerang yang menyengat.
Saat kutanya pada temannya, ternyata gadis tersebut mengidap phobia ketinggian. Herannya, mengapa tadi walau dengan tertatih bisa sampai di puncak Bromo. Hebat juga. Ingin kembali saya menawarkan diri untuk membantu. Namun ada perasaan kurang sreg, kuatir dianggap lelaki tua mencari kesempatan. Akhirnya, saya cuma bisa tersenyum, memberi semangat untuk tidak takut, dan memberi isyarat pada rekan yang sedang berjualan di puncak Bromo.

Rupanya, si gadis ini tak bisa menolak tawaran. Dengan memegang erat tubuh orang Tengger, ia berjalan pelan di belakangnya. Kepalanya terus menunduk tak mau melihat ke arah bawah selain memandangi pundak sang penolong. Sebenarnya, saya minta si gadis ini digendong atau dibopong saja. Namun rupanya ia justru malah ketakutan. Entah takut semakin tinggi, takut jatuh, atau mungkin takut dilempar ke kawah Gunung Bromo.

Tak sampai dua puluh menit, mereka sudah berada di bawah tangga. Dan, dua gadis tersebut melanjutkan perjalanannya.

Hebat juga. Walau pun mengidap phobia ternyata berani menandingi dengan terus berusaha.

Perlu bantuan untuk menghilangkan phobia atau ketakutan tanpa alasan.
Perlu bantuan untuk menghilangkan phobia atau ketakutan tanpa alasan.
* Semua foto dokumen pribadi. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun