Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Watu Kutho, Bekas Kepundan Kuno di Tengah Kaldera Bromo

2 September 2016   14:50 Diperbarui: 4 September 2016   11:06 803
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dilihat dari jarak sekitar 400m dari jalur menuju Bromo-Ranu Pani. Dokpri

Salah satu tempat yang amat menarik di kawasan kaldera Gunung Bromo untuk dinikmati adalah Watu Kutho. Sebuah tempat yang sebenarnya tidak terlalu jauh dari Gunung Kursi dan Watangan yang ada di selatan atau tenggara kawasan Bromo. Hanya sekitar 600- 1000m saja atau tepatnya di tengah kaldera. Namun cukup sulit dilalui kendaraan roda dua maupun empat karena harus menerobos padang rumput dengan yang tidak rata atau bergelombang dengan kedalaman dan lebar sekitar 20 – 40 cm. Cukup memeras tenaga jika menggunakan sepeda motor dan terlalu berat dengan roda empat sekalipun jenis SUV, selain jeep dengan roda ukuran besar.

Dilihat dari jarak sekitar 400m dari jalur menuju Bromo-Ranu Pani. Dokpri
Dilihat dari jarak sekitar 400m dari jalur menuju Bromo-Ranu Pani. Dokpri
Karena tempatnya cukup terasing tertutup oleh ketinggian ilalang atau terlalu terik jika di musim kemarau, maka tempat ini jarang dikunjungi. Sengatan sinar matahari yang berpadu dengan dingin udara setelah menikmati keindahan matahari terbit di udara yang amat dingin bisa membuat kulit menjadi lebam.

Dari sisi barat kaldera. Dokpri
Dari sisi barat kaldera. Dokpri
Dokpri.
Dokpri.
Luas kawasan Watu Kutho kuranglebih hanya sekitar 300 - 400m² saja. Dengan kondisi yang dipenuhi batuan andesit dengan lebar antara 0,40 – 6,00 m serta ketinggian antara 40 – 170 cm. Jumlahnya bila dihitung menurut satu kesatuan sekitar 86 buah, tetapi jika terpisah bisa mencapai 127 buah. Ini menurut perhitungan penulis. Bentuknya ada yang tumpul dan pipih (melebar) ada pula yang tajam menjulang ke atas bagaikan kapak batu atau tombak batu pada jaman purba. Bahkan bila dicermati bentuknya menyerupai Puncak Matterhorn di Pegunungan Alpen. Sempat terpikir dalam hati penulis menyebut batu tersebut sebagai “Little Matterhorn” namun lebih pas saya sebut “Watu Kapak”

Watu Kapak atau Watu Tombak. Dokpri
Watu Kapak atau Watu Tombak. Dokpri
Watu Kapak dilihat dari sisi timur. Dokpri
Watu Kapak dilihat dari sisi timur. Dokpri
Matterhorn. Sumber: wahaneh.com
Matterhorn. Sumber: wahaneh.com
Di antara bebatuan yang tersebar banyak lubang-lubang dengan diameter antara 0,50 – 0,80 m dengan kedalaman terukur antara 1 – 3 m. Warga Suku Tengger yang sering mencari rumput di sana meyakini ada lubang yang tak terukur karena saat bebatuan dijatuhkan tak terdengar gema akibat batuan yang jatuh menimpa dasarnya. Lubang-lubang ini tak terlihat jelas atau tersamar karena tertutup oleh rerumputan dan ilalang yang tinggi bahkan pasir yang menutupi rerumputan. Inilah kadang membuat orang terperosok ke dalam lubang tersebut.

Ada legenda yang masih simpangsiur tentang terjadinya Watu Kutho menurut masyarakat Suku Tengger, bahwa wilayah tersebut dulunya merupakan sebuah desa yang musnah akibat letusan Gunung Bromo. Namun kisah ini tak dikenal sepenuhnya oleh masyarakat Suku Tengger sendiri, baik yang ada di Ngadisari (Probolinggo), Ngadas (Malang), dan Ranu Pani (Lumajang) yang tempatnya tak terlalu jauh dari wilayah tersebut.

Terjadi kaldera. Sumber: commons.wikimedia.org
Terjadi kaldera. Sumber: commons.wikimedia.org
Secara ilmiah, kaldera dan Watu Kutho merupakan akibat runtuhnya puncak gunung berapi karena kosongnya kantong magma di bawahnya. Masih menjadi pertanyaan bagi saya ( yang bukan seorang geolog ) apakah Watu Kutho salah satu puncak gunung, seperti halnya Gunung Widodaren dan Bromo serta Watangan yang tidak ikut runtuh ke dalam perut bumi. Ataukah justru merupakan puncak baru yang muncul tidak sempurna sehingga membentuk sekumpulan batu dan lubang-lubang kecil yang merupakan lubang kepundan tempat keluarnya magma dari perut bumi.

Pendapat penulis seperti ini berdasarkan dua jenis batuan yang penulis temukan di sekitar wilayah Watu Kutho. Yakni Tuff Batu Apung ( Pumice ) dan Andesite seperti yang terlihat pada gambar ini.

Tuff Batu Apung ( Pumice ). Dok pri
Tuff Batu Apung ( Pumice ). Dok pri
Batu Andesite. Dokpri
Batu Andesite. Dokpri
Tentunya masih memerlukan penelitian yang cukup untuk mengetahui apa sebenarnya Watu Kutho tersebut. Penulis mencoba mencari tahu, namun sangat sulit mendapat jawaban pasti karena jarang atau minimnya literasi dan informasi tentang terjadinya Kaldera Bromo.

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun